Pengembangan pewarna alami dari ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan) pada kain katun

Show simple item record

dc.contributor.advisor Witono, Judy Retti
dc.contributor.advisor Ramadhany, Putri
dc.contributor.author Wijaya, Shannen Gabrielle
dc.date.accessioned 2024-07-03T04:53:59Z
dc.date.available 2024-07-03T04:53:59Z
dc.date.issued 2022
dc.identifier.other skp44532
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/17278
dc.description 6322 - FTI en_US
dc.description.abstract Zat warna alami telah digunakan selama ribuan tahun. Pelukis pada dahulu kala seringkali menggunakan zat warna alami untuk lukisan mereka yang diekstrak dari tumbuhan, serangga dan mineral. Hasil dari penggunaan zat warna alami ini menunjukkan karakter yang unik dalam lukisan-lukisan tersebut namun zat warna ini dapat luntur dan pudar saat terpapar oleh air dan cahaya. Penemuan zat warna sintetis pada abad-19 dapat menutupi masalah-masalah tersebut sehingga zat warna sintetis hampir sepenuhnya menggantikan pewarna alami. Namun zat warna sintetis terbuat dari bahan kimia yang bersifat beracun dan karsinogenik yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Sehingga dibutuhkan pengembangan dalam teknologi, desain formulasi baru dan juga pengembangan proses untuk membuat zat warna alami menjadi zat warna yang efektif, efisien dan berkualitas. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati dan mempelajari pengaruh perbedaan jenis mordan, konsentrasi mordan dan konsentrasi zat warna terhadap ketahanan dan kekuatan warna pada kain katun. Zat warna brazilein mula-mula diekstrak dari kayu secang menggunakan metode digesti dengan pelarut air. Keberadaan dan konsentrasi brazilein pada ekstrak akan diperoleh menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dimana panjang gelombang maksimum brazilein yang didapat adalah 539 nm dengan yield 1,45%. Lalu proses kationisasi dilakukan pada kain katun menggunakan larutan NaCl. Pre-mordanting kemudian dilakukan pada kain yang telah dikationisasi dan dikeringkan. Mordan yang digunakan divariasikan menjadi tunjung (FeSO4) dan daun simplokos. Konsentrasi mordan divariasikan menjadi 0, 10 dan 12 g/L. Pewarnaan kemudian dilakukan dengan menggunakan ekstrak brazilein yang divariasikan menjadi 3 dan 5% WOF (Weight of Fabric) dan dicuci menggunakan cairan pencuci yang juga divariasikan menjadi menggunakan air murni dan larutan deterjen. Kain yang telah diwarnai dan dicuci kemudian dilakukan analisis color strength, color fastness dan juga color coordination. Dari hasil yang diperoleh, proses pre-mordanting dengan mordan tunjung 10 g/L dengan penggunaan garam dan 3% WOF brazilein akan menghasilkan color strength tertinggi sebesar 6,7 dalam K/S sedangkan pre-mordanting dengan mordan tunjung 10 g/L dengan penggunaan garam dan 5% WOF brazilein menghasilkan color fastness terkecil sebesar 0,68 untuk pencucian air dan 2,14 untuk pencucian deterjen dalam ΔE. Penggunaan garam menghasilkan peningkatan dalam K/S dan peningkatan dalam ΔE. Namun penggunaan mordan dan garam tidak menghasilkan perubahan yang signifikan dalam nilai greyscale. Penggunaan mordan tunjung dan simplokos akan merubah warna pada kain dimana mordan tunjung menghasilkan warna ungu gelap dan mordan simplokos menghasilkan warna merah muda hingga merah. en_US
dc.language.iso Indonesia en_US
dc.publisher Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UNPAR en_US
dc.subject BRAZILEIN en_US
dc.subject TUNJUNG en_US
dc.subject DAUN SIMPLOKOS en_US
dc.subject MORDAN en_US
dc.subject GARAM en_US
dc.title Pengembangan pewarna alami dari ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan) pada kain katun en_US
dc.type Undergraduate Theses en_US
dc.identifier.nim/npm NPM6141801106
dc.identifier.nidn/nidk NIDN0421075402
dc.identifier.nidn/nidk NIDN0409068502
dc.identifier.kodeprodi KODEPRODI614#Teknik Kimia


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account