Abstract:
Zat warna alami telah digunakan selama ribuan tahun. Pelukis pada dahulu kala
seringkali menggunakan zat warna alami untuk lukisan mereka yang diekstrak dari
tumbuhan, serangga dan mineral. Hasil dari penggunaan zat warna alami ini menunjukkan
karakter yang unik dalam lukisan-lukisan tersebut namun zat warna ini dapat luntur dan
pudar saat terpapar oleh air dan cahaya. Penemuan zat warna sintetis pada abad-19 dapat
menutupi masalah-masalah tersebut sehingga zat warna sintetis hampir sepenuhnya
menggantikan pewarna alami. Namun zat warna sintetis terbuat dari bahan kimia yang
bersifat beracun dan karsinogenik yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Sehingga
dibutuhkan pengembangan dalam teknologi, desain formulasi baru dan juga pengembangan
proses untuk membuat zat warna alami menjadi zat warna yang efektif, efisien dan
berkualitas.
Penelitian ini dilakukan untuk mengamati dan mempelajari pengaruh perbedaan jenis
mordan, konsentrasi mordan dan konsentrasi zat warna terhadap ketahanan dan kekuatan
warna pada kain katun. Zat warna brazilein mula-mula diekstrak dari kayu secang
menggunakan metode digesti dengan pelarut air. Keberadaan dan konsentrasi brazilein pada
ekstrak akan diperoleh menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dimana panjang gelombang
maksimum brazilein yang didapat adalah 539 nm dengan yield 1,45%. Lalu proses
kationisasi dilakukan pada kain katun menggunakan larutan NaCl. Pre-mordanting
kemudian dilakukan pada kain yang telah dikationisasi dan dikeringkan. Mordan yang
digunakan divariasikan menjadi tunjung (FeSO4) dan daun simplokos. Konsentrasi mordan
divariasikan menjadi 0, 10 dan 12 g/L. Pewarnaan kemudian dilakukan dengan
menggunakan ekstrak brazilein yang divariasikan menjadi 3 dan 5% WOF (Weight of
Fabric) dan dicuci menggunakan cairan pencuci yang juga divariasikan menjadi
menggunakan air murni dan larutan deterjen. Kain yang telah diwarnai dan dicuci kemudian
dilakukan analisis color strength, color fastness dan juga color coordination.
Dari hasil yang diperoleh, proses pre-mordanting dengan mordan tunjung 10 g/L
dengan penggunaan garam dan 3% WOF brazilein akan menghasilkan color strength
tertinggi sebesar 6,7 dalam K/S sedangkan pre-mordanting dengan mordan tunjung 10 g/L
dengan penggunaan garam dan 5% WOF brazilein menghasilkan color fastness terkecil
sebesar 0,68 untuk pencucian air dan 2,14 untuk pencucian deterjen dalam ΔE. Penggunaan
garam menghasilkan peningkatan dalam K/S dan peningkatan dalam ΔE. Namun
penggunaan mordan dan garam tidak menghasilkan perubahan yang signifikan dalam nilai
greyscale. Penggunaan mordan tunjung dan simplokos akan merubah warna pada kain
dimana mordan tunjung menghasilkan warna ungu gelap dan mordan simplokos
menghasilkan warna merah muda hingga merah.