Abstract:
Karbon aktif merupakan bahan karbon amorf dengan tingkat porositas yang tinggi dan
luas permukaan yang besar sehingga banyak digunakan pada berbagai macam aplikasi. Salah
satu alternatif pembuatan karbon aktif untuk mengurangi penggunaan energi tak terbarukan
adalah menggunakan limbah biomassa sebagai bahan bakunya. Indonesia memiliki
ketersediaan limbah biomassa yang masih belum banyak diolah antara lain adalah kulit salak
dan kulit kakao. Kulit salak dan kulit kakao mengandung lignoselulosa sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku pada pembuatan karbon aktif. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi katalis asam sitrat dan jenis limbah biomassa
terhadap karakteristik hydrochar dan karbon aktif.
Pada penelitian ini, pembuatan karbon aktif dilakukan melalui beberapa tahap yaitu
pre-treatment, karbonisasi, dan aktivasi. Pada pre-treatment, kulit salak dan kulit kakao akan
dikeringkan terlebih dahulu menggunakan oven pada temperatur 110 °C selama 24 jam.
Tahap karbonisasi dilakukan menggunakan metode karbonisasi hidrotermal dengan
penambahan katalis asam sitrat yang divariasikan konsentrasinya (8, 16, 32 mg dalam 80 mL
air). Karbonisasi hidrotermal dilakukan dengan autoklaf dalam oven blower pada temperatur
225 °C selama 18 jam. Pada tahap aktivasi digunakan metode aktivasi secara kimia
menggunakan agen pengaktif ZnCl2 pada temperatur 600 °C dan KOH pada temperatur 800
°C dengan rasio massa hydrochar:agen pengaktif sebesar 1:4 menggunakan furnace selama 1
jam. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis Brunauer Emmett Teller
(BET), Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), X-Ray Diffraction (XRD) dan
Raman Spectroscopy.
Penambahan katalis asam sitrat pada saat proses karbonisasi hidrotermal memberikan
pengaruh pada perolehan, pH, dan gugus fungsi pada hydrochar dari kulit kakao maupun
kulit salak. Sementara itu, pada karbon aktif, penambahan katalis asam sitrat hanya
memberikan pengaruh pada luas permukaannya, terutama pada karbon aktif dari kulit salak.
Penggunaan jumlah katalis asam sitrat yang semakin banyak pada karbonisasi hidrotermal
akan meningkatkan perolehan hydrochar, serta meningkatkan luas permukaan dan volume
pori pada karbon aktif. Pada penelitian, diperoleh luas permukaan terbaik untuk karbon aktif
dari kulit kakao adalah 1.742,2 m2/g dan karbon aktif kulit salak adalah 1.536,9 m2/g.
Hydrochar maupun karbon aktif yang didapatkan memiliki kurva isoterm yang menunjukkan
keberadaan mikropori dan mesopori pada sampel. Luas permukaan maupun distribusi pori
yang didapatkan ini memenuhi syarat untuk dijadikan elektroda pada LIC. Seluruh sampel
bahan baku (kulit kakao dan kulit salak) serta hydrochar memiliki gugus fungsi yang sama,
namun terdapat sedikit perbedaan intensitas serapan pada beberapa gugus fungsi. Pada
analisis XRD, hydrochar dan karbon aktif memiliki puncak yang lebar rentang sudut difraksi
24-27 ° (002) dan pada saat 41-44 ° (100), menunjukkan bahwa adanya struktur amorf pada
sampel. Pada analisis Raman Spectroscopy, penambahan katalis menghasilkan nilai ID1/IG
yang lebih tinggi, menunjukkan bahwa penambahan katalis meningkatkan degree of disorder
pada karbon aktif.