Abstract:
Arsitektur candi merupakan salah satu arsitektur tertua yang terdapat di Indonesia
maupun di dunia, candi yang berasal dari kata candika grha dengan arti rumah Dewi
Candika yaitu dewi maut tetapi Soekmono (1977 :231) mengatakan candi tidak selalu
dianggap makam, tetapi merupakan sebuah bangunan kuil. Candi – candi Buddha Padang
Lawas yang diambil sebagai objek penelitian terdiri dari Candi Bahal I, II, III dan Candi
Sipamutung disandingkan dengan candi – candi Buddha Mataram Kuno, Jawa Tengah.
Unsur – unsur arsitektur candi – candi Buddha Padang Lawas memiliki pola arsitektur yang
unik dan berbeda dengan arsitektur candi Buddha Jawa pada umumnya. Perkiraan
pembangunan dari abad ke-9 – ke-13 untuk arsitektur candi – candi di Sumatra didukung
juga dengan fakta bahwa Sumatra dalam Kerajaan Sriwijaya, merupakan pusat penyebaran
agama Buddha yang paling awal sebelum Mataram Kuno yang dipercayai disebarkan
sebelum tahun 5M- 6M, berdasarkan catatan seorang keturunan Cina Bernama Fa Hsien
sekitar abad ke-4.
Arsitektur candi Buddha Padang Lawas maupun di seluruh Sumatra belum
memiliki ciri yang jelas jika disejajarkan dengan candi – candi Jawa yang memiliki
pedoman dan ciri – ciri yang sudah dikaji secara lebih jelas. Gambaran dari arsitektur candi
– candi Buddha Padang Lawas jika dilihat dari unsur – unsur arsitekturnya secara sekilas
memiliki keunikan dan tampak yang berbeda dengan candi di Jawa, hal ini digunakan
sebagai penelitian studi penjajaran antara candi Buddha Padang Lawas dan Mataram Kuno.
Tujuan dari penelitian untuk memahami perbedaan dan persamaan dari arsitektur candi
yang dibangun di kedua daerah yang berbeda dan faktor – faktor yang mempengaruhi
persamaan dan perbedaan arsitektur candi. Penjajaran ini dilakukan dikarenakan juga tidak
ada pedoman yang jelas untuk arsitektur Buddha, berbeda dengan arsitektur Hindu dengan
kitab Mānasāra, maka arsitektur diteliti lebih lanjut untuk memperlihatkan hubungannya.
Data arsitektur candi – candi Buddha Padang Lawas dan Mataram Kuno
berdasarkan objek penelitian yang sudah disebutkan dengan penelitian dengan pendekatan
kualitatif deskriptif analitik, dengan teknik pengumpulan data dirujuk dari dokumen dan
studi pustaka. Arsitektur candi – candi Buddha Padang Lawas dan Mataram Kuno
disandingkan untuk menganalisa persamaan dan perbedaan dengan teori Arsitektur candi
Buddha, aliran, dan yang terpenting unsur arsitektur yang terdiri dari tata massa atau pola
perletakan, tata ruang, sosok bangunan dan siluet bangunan, dan ragam hias & ornamentasi
pada bangunan candi.
Hal – hal dari persamaan, perbedaan, dan kemiripan pasti dipengaruhi oleh faktor
– faktor tertentu yang memberikan keunikan pada arsitektur, pada penelitian ini faktor –
faktor dilihat dari faktor alam yang mempengaruhi arsitektur candi, faktor bahan dan
keteknikan yang terkait dengan alam, faktor religiusitas yang mempengaruhi pola arsitektur, dan faktor sosial-budaya-politik. Hasil dari analisis adalah ditemukan banyak
persamaan dan perbedaan antara candi Sumatra dan Jawa pada unsur arsitekturnya, terdiri
dari tata massa, ruang, sosok bangunan, dan ragam hias & ornamentasi. Persamaan yang
ditemukan sedikit, tetapi kemiripan banyak ditemukan dimungkinkan oleh penyerapan
arsitektur candi Jawa yang dikembangkan berdasarkan kearifan lokal, faktor religiusitas,
alam, bahan dan keteknikan. Perbedaan yang ditemukan juga terlihat paling jelas dengan
pola penataan massa candi dalam rencana tapak yang sangat berbeda dengan umumnya
candi Buddha Jawa yang dipengaruhi oleh faktor religiusitas dan faktor alam.