Abstract:
Pewarna dari bahan alami saat ini sudah semakin jarang digunakan dalam industri
tekstil dan tergantikan dengan pewarna sintetis, terutama dalam industri berskala besar. Jika
dibandingkan dengan pewarna sintetis, pewarna alami memang cenderung menghasilkan
warna yang lebih mudah luntur dan pudar. Namun pewarna alami memiliki kandungan yang
jauh lebih aman bagi lingkungan dibandingkan pewarna sintetis sehingga penggunaannya
tidak akan menimbulkan masalah pencemaran lingkungan. Untuk mengatasi sifat pewarna
alami yang mudah luntur dan pudar dapat dilakukan penambahan mordan yang berfungsi
untuk membantu zat warna terikat pada kain. Oleh karena itu, secara khusus penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi mordan terhadap kekuatan dan
ketahanan warna yang dihasilkan pada pewarnaan kain.
Pada penelitian ini, proses mordanting dilakukan dengan metode pre-mordanting
dimana variabel yang akan diuji adalah jenis dan konsentrasi mordan. Variasi jenis mordan
yang digunakan adalah kapur, asam tanat, dan tawas dengan variasi konsentrasi 0, 2, 5, dan
10 mg/mL untuk setiap jenis mordan. Dari hasil pewarnaan kain, dilakukan analisis color
strength, color fastness, dan color coordination dengan menggunakan alat X-rite Color i7
Spectrophotometer. Uji pencucian pada analisis color fastness dilakukan dengan dua jenis
media pembersih, yaitu air dan larutan detergen.
Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa proses pre-mordanting
menggunakan mordan kapur dengan konsentrasi 10 mg/mL menghasilkan color strength
yang paling tinggi dengan nilai K/S 2,455. Selain itu, penggunaan mordan kapur dengan
konsentrasi 10 mg/mL juga menghasilkan color fastness paling baik yang ditunjukkan
dengan nilai ΔE sebesar 4,69 pada pencucian kain dengan air dan nilai ΔE sebesar 9,4 pada
pencucian kain dengan larutan detergen. Namun, tingkat perbedaan warna setelah pencucian
kain juga dipengaruhi oleh adanya perubahan kondisi pH karena brazilein merupakan zat
warna yang sensitif terhadap pH.