Abstract:
Perubahan harga bawang merah yang cenderung fluktuatif setiap tahunnya
menyebabkan kegelisahan dan kerugian bagi para petani. Pasalnya, setiap tahun panen
bawang semakin melimpah sehingga masih banyak bawang merah yang tersedia dan tidak
terjual baik di pasar maupun di kebun, kemudian karena tidak terjual tersebut bawang merah
akan menjadi busuk. Selain itu, biaya produksi untuk para petani terkait hama tanaman akan
merugikan para petani karena harga pestisida yang terbilang mahal hanya akan menambah
biaya yang harus dikeluarkan. Minyak atsiri adalah salah satu inovasi yang diperlukan untuk
memanfaatkan bawang merah secara maksimal sehingga tidak ada bawang merah yang
membusuk dan tidak menjadi kerugian bagi para petani maupun penjual pasar. Selain
sebagai bumbu dapur, minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku minyak wangi, kosmetik
dan obat-obatan. Minyak atsiri dapat diperoleh menggunakan proses ekstraksi, yang pada
penelitian ini menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut berupa fluida superkritik CO2
(scCO2).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tekanan dan temperatur
operasi terhadap perolehan minyak atsiri dengan scCO₂ dan membandingkannya dengan
metode ekstraksi konvensional yaitu Soxhletasi. Manfaat penelitian adalah untuk
memperoleh produk minyak atsiri dengan kemurnian tinggi untuk berbagai keperluan dan
mengatasi masalah bawang merah yang membusuk ketika produksi melimpah.
Metode pada penelitian ini terdiri dari persiapan bahan baku, percobaan
pendahuluan, dan percobaan utama dengan scCO2 Pada persiapan bahan baku bawang merah
dikeringkan menggunakan oven pada temperatur 40 ˚C dan di cek kadar airnya setiap 30
menit hingga kadar air kurang dari 10% kemudian bawang merah diblender. Pada percobaan
pendahuluan, bawang merah yang sudah dikeringkan diekstrak menggunakan scCO2 untuk
mengetahui waktu optimal yang diperlukan untuk mengekstrak minyak. Pada percobaan
utama, dilakukan ekstraksi dengan 2 metode yaitu dengan scCO2 dan Soxhletasi dengan
pelarut heksana. Metode superkritik dilakukan dengan variasi temperatur (35, 50 dan 65) ˚C
dan tekanan (100, 200 dan 300) bar. Analisis yang dilakukan adalah analisis yield dan
kandungan yang ada pada minyak dengan kromatografi gas. Serta menguji aktivitas anti
mikroba menggunakan metode difusi.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi temperatur dan tekanan
maka perolehan minyak akan semakin banyak. Hasil tertinggi pada metode superkritik
diperoleh pada kondisi 300 bar temperatur 65 ˚C sebesar 2,35% dengan waktu ekstraksi 3
jam. Sedangkan pada metode soxhlet diperoleh minyak atsiri sebesar 8,59% dengan waktu
ekstraksi 6,5 jam. Analisa kandungan menggunakan GC-MS menunjukkan terdapat 54
senyawa berbeda pada setiap sampel dan berdasarkan uji anti mikroba, minyak atsiri dapat
menghambat pertumbuhan bakteri.