Abstract:
Pembangunan bangunan dengan gaya internasionalisme banyak ditemui pada kota
atau kawasan berkembang. Hal tersebut menyebabkan wujud bangunan-bangunan yang
tidak merespon lingkungan, boros energi, serta tidak memiliki karakter yang khas. Hal
tersebut muncul karena ketidaksadaraan manusia dalam dalam merancang sesuai dengan
kondisi sekitarnya.
Kenneth Frampton menyatakan regionalisme kritis sebagai sebuah pendekatan
perancangan yang berusaha kritis pada regionalnya, yang perlu diwujudkan pada fakta
tektonika.Berdasarkan studi yang dilakukan Schienkel, tektonika yang digunakan dalam
membahas objek studi adalah tektonika ruang, struktur, ornamen yang diidentifikasi
pengaruh aspek regional melalui beberapa penghubungan dengan fakta tektonika dalam
proses perancangannya.
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kualitatif dengan metodologi deskriptifanalitif,
dimana hasil pengamatan akan dideskripsikan, selanjutnya akan dibahas dan
dianalisis secara identifikasi untuk mengetahui aspek-aspek regional apa sajakah yang
memengaruhi wujud tektonika bangunan serta bagaimana kedua hal tersebut dihubungkan
dalam proses perancangan.
Salah satu contoh konkret bangunan yang dibangun dengan dasar pemahaman
regionalisme kritis pada sebuah kawasan yang relatif baru berkembang adalah Masjid Al-
Irsyad Satya. Bangunan ini memiliki wujud yang terinspirasi dari sumber luar namun
telah disesuaikan dengan aspek regional seperti kondisi topografi, iklim,maupun tradisi
budaya berupa kumpulan prinsip-prinsip yang diterapkan pada wujud tektonika
bangunan.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa perwujudan tektonika Masjid Al-
Irsyad sudah banyak mempertimbangkandan dipengaruhi aspek-aspek regional,
walaupun tidak ditemui di seluruh bagian tektonika. Kondisi topografi berkontur, unsurunsur
iklim, serta prinsip pada bangunan vernakular memengaruhi perwujudan tektonika
bangunan.