Abstract:
Pada tahun 2014, perusahaan transportasi berbasis daring mulai muncul di Indonesia. Sejak saat itu banyak perusahaan taksi konvensional yang mengalami kebangkrutan karena tidak mampu bersaing dengan perusahaan trasnsportasi berbasis daring. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak yang dihasilkan oleh perusahaan transportasi berbasis daring terhadap perusahaan taksi konvensional. Perusahaan taksi yang akan diteliti adalah Blue Bird, Express, dan Weha karena ketiga perusahaan ini sudah go-public. Dalam penelitian ini akan digunakan metode Altman Z-Score untuk periode 2014-2017 karena perusahaan transportasi berbasis daring mulai muncul di Indonesia pada tahun 2014. Rasio-rasio keuangan yang akan digunakan untuk mengukur kondisi kinerja keuangan adalah rasio modal kerja terhadap total aktiva, rasio laba ditahan terhadap total aktiva, rasio EBIT terhadap total aktiva, rasio nilai pasar modal saham terhadap nilai buku hutang, dan rasio pendapatan terhadap total aktiva. Sedangkan model Altman Z-score yang digunakan adalah model 3.1 dengan rumus Z= 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5, dengan kriteria penilaian Z-Score < 1,88 perusahaan potensial bangkrut; 1,88 < Z-Score < 2,99 perusahaan berada pada grey area; serta Z-Score > 2,99 perusahaan dinyatakan sehat. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kehadiran transportasi daring mempunyai dampak bagi perusahaan taksi konvensional. Blue Bird mengalami kenaikan Z-score pada tahun 2015 yang disebabkan penambahan armada dan kenaikan tarif, lalu mengalami penurunan pada tahun 2016, dan mengalami kenaikan pada tahun 2017 setelah menjalin kerjasama dengan Gojek. Sejak tahun 2014 sampai tahun 2017 perusahaan ini masuk penilaian perusahaan yang sehat. Weha mengalami penurunan skor sejak tahun 2014-2015. Namun pada tahun 2016 dan 2017 mengalami kenaikan skor setelah memutuskan untuk keluar dari bisnis taksi. Perusahaan ini masuk penilaian potensial bangkrut pada tahun 2014-2016 dan masuk grey area pada tahun 2017. Taksi Express terus mengalami penurunan skor dari tahun 2014-2017. Bahkan pada tahun 2017 perusahaan ini mempunyai skor yang negatif. Dari tahun 2014-2017 perusahaan ini dinyatakan potensial bangkrut.