Abstract:
Pulau Jawa merupakan salah satu pulau dengan jumlah gunung berapi terbanyak,
dilalui berbagai lempeng tektonik aktif, menyebabkan pulau ini sangat rawan terhadap
bencana gempa. Jumlah populasi penduduk yang tinggi di Pulau Jawa, menyebabkan
proses penanganan korban pascagempa menjadi sulit. Salah satu solusi dalam menjawab
kebutuhan korban akan kebutuhan akan hunian yang layak, praktis dan murah adalah
temporary shelter. Namun, kebanyakan temporary shelter dirancang secara modern,
sehingga masih tergolong sulit, mahal dan tidak lazim untuk dibangun oleh masyarakat
secara partisipatori dalam kondisi pascagempa. Maka dari itu, muncul gagasan untuk
mengadaptasi salah satu kemampuan arsitektur tradisional yang mampu diadaptasi menjadi
desain temporary shelter, yaitu kemampuan knock-down pada arsitektur suku Jawa, Joglo.
Dengan demikian, penelitian mengenai adaptabilitas Joglo sebagai temporary shelter perlu
dilakukan dengan tujuan: (1) mengetahui kelemahan dan potensi dari arsitektur Joglo jika
digunakan dalam penerapan rancangan temporary shelter; dan (2) mengembangkan
purwarupa desain dari temporary shelter yang mengadaptasi dan arsitektur Joglo.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode riset terapan atau eksperimen,
yang berfokus pada desain yang mengadaptasi arsitektur Joglo pada sistem bongkar pasang
yang diaplikasikan pada temporary shelter. Data yang digunakan dalam penelitian adalah
kriteria desain temporary shelter yang dikemukakan oleh UNHCR (2011) dan
fungsionalitas dan keteknikan arsitektur Joglo yang dipaparkan oleh Frick (1997). Setelah
mengetahui data mengenai arsitektur Joglo, maka data tersebut akan diuji terhadap kriteria
desain temporary shelter dalam aspek efektivitas dan efisiensi. Tahap selanjutnya
merupakan penentuan potensi dan kelemahan arsitektur Joglo sebagai temporary shelter.
Potensi-potensi akan dikembangkan lebih lanjut, sementara kelemahan-kelemahan
arsitektur Joglo akan diatasi tanpa mengurangi potensi yang ada. Tahap selanjutnya adalah
mengembangkan 2 tipe purwarupa desain temporary shelter dengan alternatif pada
material konstruksi, dimana material kayu kelapa (tipe I) dan bambu wulung (tipe II)
digunakan untuk menggantikan kayu jati, material otentik Joglo, yang dinilai kurang
efisien. Kedua tipe ini, mampu memenuhi kriteria temporary shelter, karena cukup
fungsional (efektif) dan memenuhi syarat keteknikan (efisien). Dengan penelitian ini,
diharapkan kelak semakin banyak arsitektur tradisional yang diadaptasi dalam menangani
isu aristektur pascabencana.