Abstract:
Taman Air Gua Sunyaragi merupakan tamansari yang didirikan sebagai tempat
beristirahat dan meditasi bagi Sultan Cirebon serta keluarga keraton. Secara arsitektur,
Taman Air Gua Sunyaragi memiliki kemiripan dengan taman sari keraton-keraton lainnya
yaitu berperan sebagai taman keraton dengan elemen air dan pepohonan. Namun, Taman
Air Gua Sunyaragi memiliki keunikannya sendiri yaitu bentuk fisiknya yang berupa gua-
gua yang terbuat dari batu karang atau wadas. Arsitektur kompleks Taman Air Gua
Sunyaragi merupakan percampuran dari arsitektur Cina, Hindu-Jawa, Islam-Jawa, dan
Kolonial. Berdasarkan naskah Keraton Cirebon, diketahui bahwa sebagian Taman Air
Gua Sunyaragi dibangun pada masa penjajahan Belanda di Indonesia oleh Panembahan
Ratu I dan dilanjutkan oleh Pangeran Arya Carbon. Dengan adanya penelitian ini
diharapkan berbagai langgam arsitektur yang mempengaruh arsitektur Sunyaragi dapat
teridentifikasi.
Metode yang digunakan adalah naratif kualitatif dengan memaparkan fakta-fakta
sesuai dengan data di lapangan. Teori yang dipergunakan dalam analisa adalah teori
langgam arsitektur terkait dan teori bentuk, ruang, dan tatanan arsitektur dari Francis DK
Ching.
Melalui penelitian ini ditemukan bahwa Taman Air Gua Sunyaragi dipengaruhi
secara dominan oleh arsitektur Cina dan Hindu-Jawa pada periode pembangunan I
terutama pada tata ruang dan ornamentasi seluruh kompleks. Pengaruh arsitektur Islam-
Jawa ditemukan secara dominan pada periode pembangunan II terutama pada tata ruang
kompleks tambahan dan ornamentasi pada bagian awal, tengah, dan akhir kompleks
paling sakral. Pengaruh paling kecil berasal arsitektur Kolonial yang hanya muncul pada
sebagian kecil ornamentasi salah satu bangunan dalam kompleks.