Abstract:
Sinkretisme adalah pencampuran elemen-elemen atau kepercayaan-kepercayaan
yang saling bertentangan. Pada masa awal penyebaran agama Islam di Pulau Jawa,
sinkretisme telah didefinisikan oleh Koentjaraningrat sebagai perpaduan antara adat
keagamaan asli Jawa (animisme-dinamisme) dengan agama Hindu-Budha dari jaman
Majapahit dan pengaruh Islam dari jaman Demak yang disebarkan oleh Wali Sanga.
Transmisi Islam di Jawa oleh Wali Sanga mengimplementasikan prinsip-prinsip Islam
dengan tidak mengusik tradisi dan kebiasaan lokal yang sudah ada sebelumnya.
Di sisi lain, masjid sebagai bangunan peribadatan sekaligus tempat berlangsungnya
dakwah dan penyebaran agama Islam meletakkan peranan penting selama prosesnya.
Cirebon, yang pada saat itu merupakan jalur perdagangan yang strategis telah banyak
didatangi oleh berbagai macam masyarakat sehingga fungsi masjid pada kala itu bukan
hanya sebagai tempat ibadah, melainkan sebagai tempat berkumpul bagi seluruh
masyarakat, juga sebagai platform bagi para Wali dalam menyebarkan agama Islam.
Penyebaran Islam oleh Walisongo yang dilakukan dengan pendekatan-pendekatan
sinkretik serta Masjid sebagai sebagai wadah vital dalam prosesnya membuat penulis
kemudian tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang bagaimana sinkretisme
mempengaruhi arsitektur masjid di Cirebon.
Penelitian yang dilakukan bersifat kualitatif, dengan menggunakan metode
deskriptif-analitis. Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2018 dan
mengambil objek penelitian yaitu Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Masjid Merah
Panjunan. Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data dari lapangan, dan studi literatur dengan topik yang relevan dengan topik penelitian. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini ialah terdapat pengaruh sinkretisme berupa adisi, pengubahan bentuk, dan kreasi baru pada bentuk, tata ruang, dan ornamen di tiap-tiap elemen arsitektur pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Masjid Merah Panjunan.