Abstract:
Guna dan Citra adalah istilah yang digunakan oleh Romo Mangunwijaya untuk
mengilustrasikan esensi yang berhubungan dengan makna dari sebuah objek arsitektur. Dalam
pemahaman tersebut, bangunan dianggap memiliki jiwa dan daya bagi penggunanya. Ini erat
kaitannya dengan aspek teknis dan seni yang menjadi cakupan dari tektonika.
Hal ini sangat terlihat dalam arsitektur vernakular. Dalam penelitian ini, rumah adat
Tanimbar Kei, atau rahan dalam bahasa setempat, dipilih sebagai objek studi. Ini dilatarbelakangi
oleh belum banyaknya penelitian dan publikasi arsitektural dari kampung ini. Selain itu, sebagai
massa hunian yang juga diperuntukan bagi ritual, kesakralan dan adat dari arsitektur vernakular
masih dipertahankan dan dijalani. Namun seperti rumah adat di Nusantara lainnya, rahan-rahan di
Tanimbar Kei mengalami modifikasi dari waktu ke waktu. Dari 23 rahan yang berada di desa adat
ini, 5 rahan memiliki peran adat yang lebih tinggi, yaitu sebagai kepala marga. Dua di antaranya
merepresentasikan konstruksi dari seni membangun tradisional Tanimbar Kei yang dibangun pada
periode yang berbeda. Pertama adalah rahan Teli yang sudah berdiri selama sekitar 2 abad dan
kedua yaitu rahan Habad telah dipugar pada tahun 1986. Skripsi ini akan terfokus pada kedua
rahan tersebut untuk menunjukan persamaan dan perbedaan dari sebuah rahan tipikal, untuk
menelusuri esensi serta makna dari tektonika suatu rahan.
Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan cara
mendeskripsikan keadaan eksisting rahan Habad dan rahan Teli berdasarkan teori tektonika. Data
rahan dikumpulkan dengan cara observasi lapangan, wawancara dan studi pustaka. Data fisik dan
hasil wawancara diidentifikasi berdasarkan kajian pustaka. Tektonikanya dideskripsikan
berdasarkan 3 kategori, yaitu tektonika ruang, tektonika struktur, dan tektonika ornamen. Hasilnya
kemudian diperbandingkan berdasarkan persamaan dan perbedaannya, lalu ditelusuri makna yang
ditimbulkan berdasarkan people, locale, dan environment. Terakhir, dianalisa mengenai bagian
aspek apa saja yang memiliki esensi guna dan yang memiliki esensi citra. Keempat tahap tersebut
dijelaskan dalam bentuk tabel dan diagram.
Dari penelitian ini, temuan yang didapat adalah bahwa esensi guna dan citra suatu rahan
terdapat pada tektonika struktur, ruang, dan ornamen-nya. Temuan lainnya adalah adanya
beberapa perbedaan dari segi guna. Namun, berdasarkan kedua rahan yang menjadi objek studi
tersebut, makna citra-nya sama.