Abstract:
Pertumbuhan pasar modal Indonesia sampai saat ini terus mengalami peningkatan
sehingga menarik perhatian investor baik dari dalam maupun luar negeri untuk melakukan
investasi di Indonesia. Investasi dalam saham menjadi alternatif investasi yang paling
banyak diminati, khususnya dikalangan investor. Dalam melakukan investasi, investor pasti
mengharapkan tingkat pengembalian (return) yang tinggi dengan risiko minimal. Risiko
investasi tidak dapat dihindari namun dapat diminimalisir dengan membentuk portofolio.
Dalam melakukan investasi, kemampuan investor yang masih relatif terbatas dalam
memilih saham-saham yang baik untuk membentuk portofolio sering kali membuat investor
mengalami kerugian. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
membentuk portofolio yang optimal dengan metode Single Index Model dan Constant
Correlation Model serta mengetahui apakah kinerja portofolio yang dibentuk dengan Single
Index Model lebih baik dari portofolio yang dibentuk dengan Constant Correlation Model.
Portofolio dibentuk berdasarkan indeks Kompas 100 selama periode Februari 2013 Januari
2017.
Metode penelitian yang digunakan adalah applied research dan studi deskriptif.
Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dan literatur untuk memperoleh data
sekunder berupa daftar saham indeks Kompas 100 periode Februari 2013 Januari 2017
serta harga penutupan bulanan saham dan IHSG periode 2013 2017 yang diperoleh dari
situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan finance.yahoo.com.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Portofolio A yang dibentuk
dengan Single Index Model menghasilkan 6 (enam) kombinasi saham, yaitu AKRA, BJBR,
ICBP, PTPP, TLKM, dan UNVR. Sedangkan Portofolio B yang dibentuk dengan Constant
Correlation Model menghasilkan 3 (tiga) kombinasi saham, yaitu PTPP, TLKM, dan UNVR.
Kemudian kinerja portofolio dibandingkan dan hasil perbandingan kinerja Portofolio A,
Portofolio B, dan Portofolio Indeks Kompas 100 menunjukan bahwa kinerja Portofolio
Indeks Kompas 100 lebih baik dibandingkan dengan Portofolio A dan Portofolio B.
Meskipun demikian, sesuai dengan tujuan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa portofolio
yang dibentuk dengan Single Index Model memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan
portofolio yang dibentuk dengan Constant Correlation Model.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, peneliti menyarankan beberapa hal, yaitu (1)
menggunakan harga penutupan harian saham sehingga diharapkan mendapatkan hasil yang
lebih akurat, (2) melakukan pengukuran dengan teknik pengukuran Sharpe, Treynor, dan
Jensen terhadap indeks-indeks konstituen yang terdapat di BEI untuk membandingkan
kinerja indeks mana yang lebih baik untuk dijadikan dasar pembentukan portofolio, (3)
melakukan pembentukan portofolio bukan hanya berdasarkan indeks, melainkan berdasarkan
sektor industri, seperti sektor konsumsi sebagai salah satu sektor yang cukup fleksibel dalam
menghadapi gejolak ekonomi, (4) memperbaiki portofolio yang telah dibentuk secara berkala
dan melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio untuk mengetahui apakah tingkat hasil
dan risiko yang ditanggung sudah sesuai dengan profil dan tujuan investor dalam
berinvestasi, (5) mempertimbangkan faktor makro ekonomi dan melakukan analisis
fundamental emiten dengan melakukan perhitungan rasio, seperti EPS, PER, PBV, ROE,
DER, dan DY sehingga investor dapat lebih tepat dalam membentuk portofolio yang
optimal.