dc.description.abstract |
Di tengah persaingan usaha yang semakin ketat dan beragam, para pelaku usaha berusaha untuk memenuhi permintaan dari pelanggan dengan harapan memperoleh laba yang optimal bagi perusahaan. Laba menjadi tujuan utama dari perusahaan dalam melakukan kegiatan operasi dan laba juga yang dapat membuat keberlangsungan perusahaan dapat terus terjaga. Untuk memperoleh laba tersebut perusahaan perlu memiliki penjualan yang baik dan lancar. Akan tetapi pada kenyataannya perusahaan menghadapi berbagai macam masalah dan risiko, salah satunya adalah perusahaan mengalami keterlambatan pengiriman persediaan dari pemasok ke perusahaan.
Pemeriksaan operasional adalah pemeriksaan terhadap kinerja perusahaan dari sudut pandang manajemen untuk mengevaluasi tingkat ekonomis, efektivitas, dan efisiensi. Dalam melakukan pembelian persediaan, perusahaan memerlukan adanya perencanaan dan pengendalian terkait bagaimana perusahaan melakukan pembelian kepada pemasok. Perusahaan memiliki tujuan dalam melakukan perencanaan pembelian persediaan yaitu untuk memperoleh laba dengan melakukan penjualan dan menghindari resiko atas ketidakpastian ketersediaan persediaan yang dibeli. Perusahaan pun melakukan pengendalian pembelian persediaan untuk memastikan bahwa pembelian persediaan yang dilakukan perusahaan sudah sesuai dengan standar yang dimiliki perusahaan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi deskriptif. Peneliti mengumpulkan dan menggunakan data primer dan sekunder dalam melakukan penelitian. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur dan studi lapangan yang terdiri dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Objek penelitian ini adalah pemeriksaan operasional pada aktivitas perencanaan dan pengendalian pembelian persediaan dalam upaya menunjang kelancaran penjualan di PT. Anugrah Mitra Benua. PT. Anugrah Mitra Benua adalah perusahaan dagang yang merupakan distributor dari ban mobil merk Hankook untuk wilayah Jakarta.
Pemeriksaan operasional yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat pengiriman persediaan yang terlambat dari supplier ke perusahaan yang sudah merupakan critical problem. Berdasarkan pemeriksaan operasional, peneliti juga menemukan kelemahan yaitu perusahaan memiliki penumpukan persediaan slow moving yang diakibatkan pembelian persediaan dengan harga diskon yang dilakukan oleh perusahaan sehingga kapasitas penyimpanan persediaan berkurang yang menyebabkan perusahaan melakukan pembelian dengan frekuensi yang sering dan dalam jumlah yang sedikit. Jumlah pembelian yang sedikit menyebabkan supplier tidak dapat langsung melakukan pengiriman karena terdapat kuota minimum pengiriman. Peneliti melakukan simulasi perhitungan EOQ, Safety Stock, dan Reorder Point terhadap sampel persediaan fast moving dan slow moving yang dimiliki perusahaan. Dari hasil perhitungan tersebut peneliti menemukan bahwa perusahaan menanggung pemborosan ordering cost dan carrying cost selama enam bulan sebesar Rp 46.531.212 yang disebabkan oleh sistem pembelian yang digunakan perusahaan saat ini. Perusahaan pun mengalami kekurangan persediaan akhir fast moving yang menyebabkan perusahaan menanggung stockout cost selama enam bulan sebesar 164.076.480 dan menanggung beban bunga akibat kelebihan persediaan akhir slow moving selama enam bulan sebesar Rp 1.184.040. Peneliti memberikan rekomendasi kepada perusahaan untuk tetap melakukan pembelian persediaan dengan harga diskon dengan pertimbangan terkait komposisi persediaan fast moving sebesar 65% dan slow moving sebesar 35%, profit yang didapat, dan kemampuan perusahaan untuk menjual persediaan tersebut. Selain itu peneliti pun memberikan rekomendasi kepada perusahaan untuk menerapkan perhitungan EOQ, safety stock, dan reorder point karena dapat meningkatkan profit perusahaan sebesar 211.791.732 selama enam bulan atau 26,19% dari sistem pembelian yang saat ini digunakan perusahaan tanpa menggunakan perhitungan EOQ, Safety Stock, dan Reorder Point. |
en_US |