Abstract:
Saat ini sumber energi yang paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
industri adalah bahan bakar minyak (BBM). BBM merupakan sumber daya tak terbaharui karena
proses pembentukannya yang sangat lama. Untuk mengantisipasi terjadinya krisis bahan bakar, maka
perlu dikembangkan berbagai bahan bakar berbasis sumber daya yang dapat diperbaharui, salah
satunya yaitu biodiesel. Bahan baku biodiesel yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia
adalah minyak biji kapok (Ceiba pentandra). Namun biodiesel yang berasal dari biji kapok ternyata
bereaksi positif pada uji Halphen, karena masih mengandung gugus siklopropenoid. Gugus
siklopropenoid bersifat reaktif sehingga mudah terpolimerisasi dan dapat membuat biodiesel menjadi
kental (viscous) serta menyebabkan penyumbatan pada nozzle pada mesin/motor diesel.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi proses hidrogenasi yang cocok untuk
mengkonversi gugus siklopropenoid dalam minyak biji kapok. Penelitian dilakukan dengan
melakukan proses hidrogenasi perpindahan minyak biji kapok menggunakan larutan kalium format 10
M sebagai larutan pendonor hidrogen. Katalis 5%-palladium di atas karbon (5%-Pd/C) dibuat dan
digunakan sebanyak 0,5% dari massa minyak untuk mempercepat dan mendukung terjadinya proses
hidrogenasi. Metode titrasi menggunakan reagen Durbetaki dilakukan untuk mengetahui konsentrasi
gugus siklopropenoid pada awal dan akhir proses hidrogenasi. Proses hidrogenasi paling baik
diperoleh pada temperatur 65°C selama 9 jam yakni dengan penurunan gugus siklopropenoid sekitar
61% dari jumlah gugus siklopropenoid awal. Penentuan bilangan Iodium mengindikasikan bahwa
proses hidrogenasi terjadi pada gugus siklopropenoid karena gugus tersebut lebih reaktif daripada
ikatan rangkap lain yang terdapat pada rantai asam lemak dalam minyak.