Abstract:
Cadangan panas bumi di Indonesia banyak dimanfaatkan sebagai penghasil listrik melalui PLTP untuk mendukung usaha Indonesia dalam mencapai kondisi net zero emission. Namin, di sisi lain juga menghasilkan limbah sludge geothermal berbahaya bagi lingkungan. Limbah ini diketahui memiliki kandungan silika melimpah yang dapat dimanfaatkan sebagai katalis dan support katalis dalam pembuatan biodiesel. Penambahan silika dalam katalis homogen akan meningkatkan konversi biodiesel dan memudahkan pemisahan produk utama dari katalisnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan kalsinasi pada katalis nanosilika, pengaruh penambahan silika sebagai support katalis NaOH, serta
pengaruh penggunaan minyak jelantah terhadap hasil konversi biodiesel. Silika dari limbah sludge geothermal di ekstraksi sehingga diperoleh prekursor
Na2SiO3. Katalis Na/SiO2 dibuat dengan mencampurkan etanol, air, NaOH, surfaktan Pluronic P123, dan prekursor hingga diperoleh sol transparan. Katalis nanosilika disintesis melalui metode sol-gel dengan surfaktan PVP, kemudian dikalsinasi pada suhu 600°C
selama 6 jam. Katalis nanosilika dan Na/SiO2 yang terbentuk akan diuji keberhasilannya dalam pembuatan biodiesel. Karakterisasi katalis dilakukan secara kualitatif menggunakan XRD, XRF, TEM, BET, dan FTIR untuk mengetahui bentuk morfologi,ukuran, kristalinitas, dan gugus fungsi dari katalis. Karakterisasi biodiesel dilakukan secara kuantitatif dengan menghitung konversi biodiesel untuk mengidentifikasi keberhasilan katalis.Perlakuan kalsinasi pada katalis nanosilika berhasil menghilangkan senyawa pengotor dan surfaktan PVP tanpa mengubah struktur kristal katalis, sehingga kemurniannya meningkat menjadi 99,5% dari sebelum kalsinasi 98,8%. Kandungan dalam katalis Na/SiO2
meliputi 54,9% Na2O dan 44,9% SiO2 dalam fasa kristalin. Pembuatan biodiesel dilakukan dengan variasi jenis katalis (NaOH, nanosilika kalsinasi, nanosilika non-kalsinasi, dan Na/SiO2) dan jenis minyak (minyak sawit dan jelantah). Nilai konversi biodiesel tertinggi diperoleh dengan menggunakan katalis Na/SiO2, yaitu sebesar 91,17%. Penggunaan minyak jelantah menghasilkan konversi biodiesel yang lebih rendah daripada minyak sawit, dimana disebabkan oleh kadar FFA minyak jelantah yang tinggi. Pengujian daya tahan katalis nanosilika dilakukan dengan proses recycle katalis, dimana katalis nanosilika optimum
digunakan hingga tiga kali recycle.