Abstract:
Pengaruh arsitektur Kerajaan Majapahit terhadap arsitektur Puri di Bali, dengan fokus pada pola arsitektur kraton dan hunian, menunjukkan peran penting Puri dan kraton di Bali sebagai pusat kegiatan politik dan budaya. Berdasarkan Nagarakertagama pupuh 73-82 dan 49:4, hubungan antara bangunan suci di Bali dan Jawa pada masa Majapahit serta penaklukan Bali oleh Majapahit memengaruhi penyebaran agama dan pembangunan Pura dan Puri di Bali oleh Danghyang Nirartha. Pengaruh budaya Hindu dalam arsitektur Puri di Bali terlihat dalam elemen-elemen seperti fasilitas yang serupa, tata letak, orientasi, serta penggunaan material seperti batu dan bata yang dikombinasikan dengan kayu, yang kemungkinan terinspirasi oleh model arsitektur Majapahit. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh arsitektur Kerajaan Majapahit terhadap arsitektur Puri di Bali, termasuk kraton dan huniannya, serta menemukan persamaan dan perbedaan antara pola arsitektur Puri di Bali dengan pola kraton Majapahit berdasarkan studi yang dilakukan oleh Stutterheim. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan melibatkan perbandingan tata letak, fasilitas, orientasi, bentuk, dan posisi lokasi antara arsitektur kraton Majapahit dan Puri di Bali. Analisis ini mencakup berbagai aspek, dimulai dari masuknya Majapahit ke Bali berdasarkan catatan dalam Nagarakertagama, pengaruh penataan Majapahit terhadap arsitektur di Bali, hingga dasar penataan serta bentuk bangunan. Penataan ini mencakup fasilitas dan tata letak, sedangkan wujud bangunan mencakup bentuk serta ornamentasi. Penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara Bali dan Majapahit sangat kuat, diawali dengan masuknya Majapahit yang dijelaskan dalam Nagarakertagama pada pupuh 49:4 dan 83:5. Dua bait tersebut menggambarkan penguasaan Bali oleh Majapahit dan hubungan setelahnya. Pengaruh Majapahit terhadap Bali terlihat kuat, terutama dalam pola tatanan. Banyak fasilitas di Bali yang hampir sama dan memiliki kemiripan dengan yang ada di Majapahit. Salah satu fasilitas spesifik yang ada di keduanya adalah bale kambang, yang terdapat baik di kraton Majapahit maupun di puri di Bali. Kesamaan juga terlihat dalam bentuk dan ornamen bangunan. Ornamen-ornamen Majapahit yang ada di candi peninggalan Majapahit juga muncul dalam arsitektur Bali. Bentuk bangunan di Bali mirip dengan bentuk bangunan yang ada pada relief candi peninggalan Majapahit. Hal ini semakin memperkuat hubungan antara keduanya. Namun, terdapat perbedaan dalam susunan ruang. Meskipun dasar penataan dari kraton Majapahit dan Bali sama, peletakan susunan ruangnya tidak konsisten sama. Hal ini diperkirakan karena adanya lokal genius di Bali, di mana Majapahit merefleksikan pola tatanan mereka terhadap tatanan Bali yang sudah ada sebelumnya.