Abstract:
Karya arsitektur berhubungan erat dengan penggunanya manusia dalam aspek kognitif, psikologi, dan perilaku yang kemudian diteliti lebih lanjut dalam teori Neuro- Arsitektur. Penerapannya umumnya pada karya arsitektur dengan fungsi erat dengan kognitif, psikologis, dan perilaku manusia salah satunya adalah sekolah anak usia dini. Kriteria perancangan berdasarkan teori Neuro-Arsitektur dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman menciptakan lingkungan fisik dan pengalaman belajar anak yang lebih optimal, mengingat anak usia dini sedang dalam masa emas perkembangan. Penelitian ini bertujuan untuk merangkum teori Neuro-Arsitektur sebagai kriteria perancangan sekolah anak usia dini dan menggunakannya untuk mengevaluasi kinerja desain sekolah Gagas Ceria, Starland, dan Shining Stars yang dirancang dengan konsepnya masing-masing Penelitian menerapkan metode deskriptif evaluatif melalui perancangan matriks penilaian yang didukung dengan deskripsi kondisi fisik kasus studi. Perancangan matriks penilaian mengintegrasi dua referensi utama yaitu teori Neuro-Arsitektur dan Architecture for Children oleh Sarah Scott. Sementara itu, data penelitian kasus studi diperoleh dan dikumpulkan melalui kajian literatur, observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Data beserta instrumen penelitian digunakan untuk menentukan aspek-aspek perancangan yang perlu diperhatikan sebagai kriteria perancangan Neuro-Arsitektur khususnya untuk sekolah anak usia dini dan kinerjanya terhadap kasus studi. Melalui proses penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa adapun kriteria perancangan Neuro-Arsitektur dirangkum dalam tujuh kriteria mencakup penglihatan, penciuman, pendengaran, sentuhan, konektivitas alam, keragaman ruang, dan area bermain. Kinerja desain pada ketiga kasus studi berdasarkan tujuh kriteria tersebut umumnya berada di klasifikasi buruk-sangat baik. Klasifikasi nilai terendah ada pada kriteria penciuman dan nilai tertinggi ada pada kriteria konektivitas pada ketiga kasus studi. Walaupun begitu, penerapan terhadapnya masih dapat ditingkatkan kembali pada masing-masing kasus studi dalam rangka mengoptimalkan lingkungan belajar anak usia dini mencakup penciuman, sudut dan bentuk ruang, pencahayaan, penggunaan warna dan tekstur, vegetasi, detail ruang, dan fasilitas interaksi.