Abstract:
Virtual Influencer (VI) adalah salah satu produk Artifical Intelligence (AI)
sebagai respons atas maraknya influencer manusia untuk tujuan promosi. Sebagai
"manusia" buatan, VI tampil seperti manusia pada umumnya. Mereka terlihat
seperti manusia, memiliki aktivitas sehari-hari, dan bahkan teman. Beberapa VI
telah berkolaborasi dengan selebriti dalam interaksi nyata. VI menawarkan
keuntungan seperti pengurangan biaya dan kemampuan untuk mengendalikan
tindakan, perilaku, dan citra. Di Indonesia, VI belum begitu dikenal luas, sehingga
menarik untuk meneliti persepsi dan sikap audiens terhadap VI. Penelitian ini
mengambil studi kasus Rozy, seorang virtual influencer dari Korea Selatan.
Dalam penelitian ini, persepsi mengenai Rozy diukur melalui tiga dimensi:
parasocial interaction, perceived human-likeness, dan perceived authenticity.
Sementara itu, sikap audiens diukur melalui sikap terhadap virtual influencer dan
sikap terhadap iklan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Survei
dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 100 responden dan data yang
terkumpul kemudian diolah menggunakan metode kuantitatif.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa persepsi terhadap VI memiliki
pengaruh positif dan menunjukkan korelasi yang kuat terhadap sikap audiens pada
semua dimensi, dengan dimensi yang paling berpengaruh yaitu parasocial
interaction, dimana VI masih memerlukan interaksi yang lebih aktif dengan
audiens, sehingga penggunaan VI dapat dengan mudah diterima oleh audiensnya.