Abstract:
Bangunan dirancang untuk mewadahi aktivitas serta melindungi pengguna dari iklim
lingkungan sekitar. Walaupun begitu, masih banyak bangunan belum memiliki kenyamanan termal
yang optimal. Kenyamanan termal secara adaptif dipengaruhi oleh kondisi fisik dan persepsi termal
manusia. Dalam dunia arsitektur, adaptivitas diartikan sebagai kapasitas atau kemampuan bangunan
untuk mempertahankan kenyamanannya dengan merespon terhadap perubahan. Adapun adaptivitas
tidak hanya dilihat dari kondisi fisik saja, melainkan juga dari persepsi termal yang berkaitan dengan
fisiologi dan psikologi manusia. Persepsi termal dapat dieksplorasi melalui perubahan warna dan
tekstur yang sesuai. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui warna dan tekstur material yang
paling efektif untuk perancangan ruang belajar, sehingga dapat diterapkan pada desain arsitektur
lainnya.
Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan kuantitatif melalui model
uji Virtual Reality. Model uji berupa ruang studio Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan yang
dikembangkan secara adaptif pada bidang dinding, lantai, dan plafon berdasarkan teori warna dan
tekstur. Pengambilan data persepsi termal berupa thermal judgement dan thermal sensation
dilakukan menggunakan kuesioner yang divalidasi oleh alat uji kadar keringat. Data-data tersebut
lalu diolah menggunakan metode statistika ANOVA untuk mengetahui hubungan korelasi yang
terjadi berdasarkan teori persepsi termal.
Penelitian ini menunjukan bahwa persepsi termal terbentuk oleh thermal sensation dan
thermal judgment. Keduanya memiliki hubungan yang kuat dengan arah linear terbalik. Warna yang
didukung oleh tekstur dapat mempengaruhi keduanya secara signifikan menggunakan simulasi
teknologi Virtual Reality.