Abstract:
Design thinking menjadi satu hal yang selalu dilakukan oleh arsitek dalam proses mendesain
suatu objek sebagai alat untuk memecahkan masalah dan mendapatkan solusi yang inovatif. Seiring
berkembangnya zaman, arsitek semakin diberi kebebasan untuk merancang tanpa batasan. Namun,
untuk menentukan keputusan desain yang final, arsitek harus melewati proses panjang design
thinking sehingga dapat tercapai tujuan dan kreativitas yang diinginkan.
Masjid At-Thohir-Depok merupakan kompleks masjid baru di kawasan Cimanggis milik
keluarga ternama, keluarga Thohir, yang dirancang oleh arsitek Rekotomo Prasetyo dengan ide
konsep keluarga yang kuat. Dalam perancangan Masjid At-Thohir, sudah pasti terdapat proses
panjang untuk menghasilkan keputusan desain yang terpilih dari penggabungan antara keinginan
klien dan keinginan arsitek sendiri. Oleh karena itu, menarik untuk dikaji lebih lanjut bagaimana
proses design thinking Rekotomo Prasetyo dalam merancang masjid ini yang dikaitkan dengan teori
Hasso Plattner.
Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif, data diperoleh dari studi pustaka, hasil
observasi langsung ke objek studi, dan wawancara arsitek terkait proses perencanaan Masjid At-
Thohir. Data yang diperoleh kemudian dikaji berdasarkan teori anatomi bangunan untuk mengetahui
seluruh elemen pelingkup bangunan yang tercipta sebagai hasil dari proses rancang. Hasil
wawancara arsitek mengenai rancangannya dianalisis menggunakan teori design thinking Hasso
Plattner yang memiliki tahapan sederhana, tetapi terstruktur sehingga dapat terlihat ragam
permasalahan yang muncul dan cara arsitek tersebut mengatasinya dalam proses berpikir yang
dilakukan.
Dari temuan yang didapatkan, diperoleh kesimpulan bahwa perancangan Masjid At-Thohir
yang dilakukan oleh Rekotomo Prasetyo tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan teori
Hasso Plattner. Rekotomo Prasetyo berhasil menciptakan rancangan yang baik dan sesuai dengan
kebutuhan, konteks lingkungan, serta keinginan klien. Kebebasan mendesain yang diberikan oleh
klien mampu menghasilkan sebuah bangunan masjid dan fasilitas publik yang tidak hanya estetis
dan fungsional, tetapi juga harmonis dengan lingkungan sekitarnya. Pemikiran yang didapatkan oleh
Rekotomo Prasetyo dalam menghasilkan karyanya tersebut dapat dilihat dari tahapan-tahapan
proses merancang yang diawali dengan pemahaman terhadap brief hingga pengujian rancangan oleh
klien yang akhirnya diterima dan diwujudkan menjadi bentuk nyata.