Abstract:
Sebagai sumber dari segala makhluk hidup, air merupakan salah satu elemen yang
disucikan dalam kebudayaan Hindu-Buddha, yang ditunjukkan dengan adanya peninggalan
bangunan petirtaan (pemandian suci). Di satu sisi, kebudayaan Islam juga memiliki pandangan
dalam memaknakan air sebagai sebuah elemen yang suci, dimana ilustrasi mengenai air yang
mengalir dalam surga dimunculkan dari hadirnya taman-taman air kuno Islam. Ketika pengaruh
Islam masuk ke dalam Indonesia, arsitektur taman air turut dibawa masuk dan diperkenalkan pada
keraton-keraton Islam di Jawa. Dalam taman air keraton ini, muncul sebuah tipologi bangunan yang
mengambang di tengah kolam atau yang lebih dikenal dengan istilah Bale Kambang, sesuatu yang
tidak nampak pada model taman air Islam diluar Indonesia. Bale Kambang sendiri merupakan
sebuah bentuk arsitektur yang sudah muncul sejak kebudayaan Hindu-Buddha, dan dapat ditemukan
jejak keberadaannya pada relief-relief candi seperti Candi Panataran dan Candi Jawi. Selain taman
air keraton di Jawa, Bale Kambang juga dapat ditemukan pada taman air di puri Bali yang bercorak
Hindu, dipercayai telah mendapat pengaruh dari kerajaan Majapahit.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menjabarkan wujud Bale Kambang peninggalan
Islam di Jawa dan Hindu di Bali serta melihat persamaan dan perbedaan yang nampak diantaranya.
Penelitian ini juga akan mencari hubungan maupun korelasi Bale Kambang di Jawa dan Bali dengan
dasar-dasar pemikiran Bale Kambang yang ada pada era Majapahit. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode historis, dengan teknik analisa eksploratif dan komparatif dalam
menganalisa Bale Kambang di Jawa dan Bali dengan Bale Kambang peninggalan Majapahit. Data
yang dikumpulkan kemudian dianalisa kedalam lima kategori analisis besar yakni pola bangunan,
wujud/sosok bangunan, penggunaan ornamentasi, tata letak taman air, dan penggunaan kosmologi.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa wujud arsitektur Bale Kambang dapat dikategorikan
menjadi tiga wujud kelompok utama yakni tajug, limasan, dan kombinasi. Adapun persamaan utama
yang ditemukan adalah penggunaan batur pada seluruh bangunan obyek studi serta penggunaan
kosmologi yang merepresentasikan Mahameru, gunung utama yang disucikan pada kepercayaan
Hindu. Penelitian juga mengungkapkan korelasi antara Bale Kambang di era Majapahit dari aspek
literatur, pola, ornamen, dan kosmologi. Sebagai sebuah bentuk arsitektural, wujud Bale Kambang
peninggalan Islam di Jawa dan Hindu di Bali merupakan sebuah bangunan yang secara konstan
dilestarikan dari era Majapahit, dimana Bale Kambang Islam di Jawa merupakan bentuk dari
akulturasi budaya, dan Bale Kambang di Bali merupakan bentuk dari pelestarian tradisi.