Abstract:
Arsitektur merupakan proses dan produk yang merepresentasikan aktivitas di dalamnya. Sama
halnya dengan arsitektur, ruang perkotaan merupakan wujud arsitektur dan infrastruktur berkelompok yang
berisi kompleksitas aktivitas yang terkandung di dalamnya. Besar lingkupnya bergantung pada sudut
pandang mana arsitektur perkotaan itu perlu diuraikan. Dalam ruang perkotaan, tatanan dan keragaman
muncul sebagai proses dan akibat pengolahan elemen fisik-spasial yang mewujudkan keharmonisan.
Keharmonisan yang terjadi antara elemen pelingkup dan elemen pengisi pada ruang perkotaan.
Jakarta sebagai pusat perekonomian global dan pemerintahan mulai kehilangan sosok
kelokalitasannya akibat langgam internasional yang perlahan menggeser nilai kebudayaan. Pandangan
perihal nilai peradaban barat sebagai hal yang modern dibandingkan ketimuran menjadi alasan lain
degradasi unsur lokalitas. Pada aspek positif, perkembangan struktur ruang perkotaan millennials city
merupakan hasil manifestasi ruang perkotaan negara barat. Struktur perkotaan ini disebut sebagai Kawasan
Berorientasi Transit (KBT). Seluruhnya perlahan mulai mendegradasi nilai kebudayaan setempat seperti
yang ditampilkan pada KBT Dukuh Atas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap eksistensi nilai keharmonisan melaui pandangan filosofi
barat mengenai fungsionalitas dengan filosofi timur tentang nilai keestetikaan mengenai interaksi elemen
pelingkup fisik-spasial terhadap pengisinya. Pengungkapan tersebut didasarkan pada nilai citra visual
panorama ruang kota pada area pergantian moda transportasi KBT Dukuh Atas.
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif interpretatif dengan pendekatan kualitatif
yang disajikan melalui penilaian kuantifikasi semantik. Penelitian disajikan dengan melakukan serial vision
melalui titik amatan yang ditentukan untuk mengalami fenomena ruang yang terjadi. Fenomena tersebut
diungkap melalui sketsa pictorial graphic yang kemudian dinilai secara semantik. Penilaian akan mengarah
pada seberapa besar nilai lokalitas dapat berkontribusi terhadap elemen fisik-spasial modern.
Hasil analisis menunjukkan bahwa KBT Dukuh Atas belum seluruhnya harmonis menampilkan
suasana lokalitas tinggi melalui elemen fisik-spasial. Nilai kelokalitasan secara implisit terlihat pada ragam
aktivitas khususnya pada titik amatan tertentu. Aktivitas bernilai lokal dapat terwakili dengan perdagangan
menggunakan gerobak, diskusi antar perorangan dan kelompok, dan sebagainya.