Akulturasi arsitektur pada bangunan Rumah Luwih di Gianyar, Bali

Show simple item record

dc.contributor.advisor Fauzy, Bachtiar
dc.contributor.author Chrysanthya, Regina Bunga
dc.date.accessioned 2024-10-01T08:22:13Z
dc.date.available 2024-10-01T08:22:13Z
dc.date.issued 2023
dc.identifier.other skp46101
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/18840
dc.description 7129 - FTA en_US
dc.description.abstract Salah satu wujud identitas bersama masyarakat Indonesia dituangkan ke dalam bentuk arsitektur Nusantara. Namun, kuatnya arus globalisasi membuat dewasa ini banyak karya-karya arsitektur dalam negara lebih mengutamakan tampilan modern dan mengesampingkan pentingnya representasi identitas setempat. Melalui pendekatan akulturasi arsitektur, identitas setempat seharusnya dapat tetap terjaga sambil mengikuti perkembangan gaya arsitektur juga. Pada bangunan dengan fungsi komersial, khususnya hotel, desain arsitektur memiliki peran penting dalam keberhasilan dan profitabilitasnya. Desain arsitektur hotel yang optimal dapat mencerminkan keunikan kawasan dan budaya lokal dengan mengambil inspirasi dari lingkungan sekitar, konteks sejarah dan tradisi budaya setempat. Hotel Rumah Luwih adalah salah satu contoh bangunan yang menunjukkan bagaimana akulturasi dapat mempengaruhi arsitektur. Desain hotel menggabungkan gaya arsitektur tradisional Bali, mengambil inspirasi khusus dari bangunan Istana Air Taman Ujung, salah satu bangunan bersejarah di Bali yang dirancang dengan memadukan arsitektur tradisional Bali, kolonial Belanda, dan Cina. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti akulturasi arsitektur pada Rumah Luwih dan dominasi antara dua langgam arsitektur yang digunakan pada desain bangunan, yaitu arsitektur tradisional Bali dan arsitektur kolonial Belanda. Proses pengkajian terhadap objek studi menggunakan Teori Akulturasi dalam Arsitektur sebagai teori utama, dengan menggunakan karakteristik langgam arsitektur tradisional Bali dan langgam arsitektur kolonial Belanda sebagai variabel. Teori Archetypes yang mereferensi teori Archetypes Thiis-Evensen dan teori Ordering Principle oleh D.K. Ching juga digunakan sebagai teori pendukung.Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, analisis deskriptif dan interpretatif. Dari penelitian, dapat disimpulkan bahwa desain bangunan Rumah Luwih dilihat dari lingkup bentuk, ornamen, dan ruang adalah hasil dari perpaduan langgam arsitektur tradisional Bali dan arsitektur kolonial Belanda. Akulturasi yang terjadi pada objek studi cenderung mengadopsi langgam arsitektur kolonial Belanda yang lebih mendominasi dibanding langgam arsitektur tradisional Bali. Hal ini sesuai dengan konsep desain yang diangkat oleh arsitek yaitu untuk menghadirkan ‘luxury colonial resort’ seakanakan rumah megah milik keluarga besar. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan wawasan lebih luas kepada masyarakat umum dan segala pihak yang terlibat dalam industri arsitektur agar lebih mengenal dan mengapresiasi arsitektur lokal Indonesia sehingga memahami relevansinya bahkan di zaman modern. Khusus untuk arsitek dan pihak lainnya yang berada dalam industri terkait, diharapkan dapat memahami bagaimana akulturasi dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mewujudkan identitas setempat di masa modern. en_US
dc.language.iso Indonesia en_US
dc.publisher Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik - UNPAR en_US
dc.subject ARSITEKTUR en_US
dc.subject BUDAYA en_US
dc.subject BALI en_US
dc.subject AKULTURASI ARSITEKTUR en_US
dc.subject RUMAH LUWIH en_US
dc.title Akulturasi arsitektur pada bangunan Rumah Luwih di Gianyar, Bali en_US
dc.type Undergraduate Theses en_US
dc.identifier.nim/npm NPM6111901052
dc.identifier.nidn/nidk NIDN0425096001
dc.identifier.kodeprodi KODEPRODI611#Arsitektur


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account