Abstract:
Upaya perlindungan dan pelestarian dapat dilakukan melalui upaya preservasi melalui sistem
aktif maupun pasif. Faktor preservasi karya seni rupa sangat dipengaruhi oleh keberadaan iklim ruang
galeri yang mencangkup aspek kelembaban, temperatur, dan aliran udara, di mana perihal ini menjadi
penentu keberlanjutan keberadaan karya seni yang disimpan. Museum seni rupa di Indonesia masih
seringkali ditemukan lemah dalam pengupayaan preservasi yang seharusnya sudah menjadi standar
pedoman, sehingga mengakibatkan potensi kerusakan terhadap objek - objek karya seni yang ada.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan eksperimental melalui uji coba simulasi
CFD Autodesk yang menghasilkan deskripsi kondisi eksisting objek studi dan relasinya terhadap
pengaruh upaya preservasi karya seni yang dilakukan, serta uji coba simulasi akan pengaruh dari
pengembangan desain eksisting yang dijajarkan dan dibandingkan dengan teori pedoman preservasi
karya seni rupa. Data dikumpulkan melalui observasi lapangan serta studi pustaka. Data
dikelompokkan berdasarkan variabel penelitian, yaitu aspek preservasi karya seni pada ruang museum,
kelembaban - temperatur - aliran udara, sistem pendukung preservasi karya seni, dan pengembangan
desain ruang. Teknik analisis dilakukan dengan simulasi distribusi dengan dengan teori pedoman
preservasi karya seni rupa serta simulasi optimasi desain ruang pengantara yang mendukung penelitian
dalam menghasilkan ruang lingkup guna preservasi yang lebih baik.
Hasil penelitian adalah kinerja desain tatanan ruang museum ditemukan dapat mempengaruhi
keberadaan kondisi iklim ruang galeri yang mempengaruhi aspek upaya preservasi serta kondisi karya
seni rupa yang ada didalamnya. Desain tatanan ruang dalam museum harus semaksimal mungkin dapat
menghalangi pengaruh iklim luar dan menciptakan kondisi ruang dalam yang konstan sehingga tidak
terjadi fluktuasi iklim yang melemahkan upaya preservasi karya seni rupa. Ditemukan bahwa desain
optimasi implementasi ruang pengantara atau airlock dapat menjadi solusi permasalahan upaya
preservasi, serta terbukti mampu menghasilkan kondisi klimat ruang dalam atau bangunan yang
cenderung turun dan berada pada keadaan konstan atau stabil. Implementasi desain ruang pengantara
yang dirancang secara keseluruhan mampu menurunkan keberadaan aliran udara sebesar 99,54% dan
penurunan temperatur sebesar 2,04 ‘C, penurunan aliran udara dan temperatur dari lingkup luar
terhadap lobi airlock sebesar -83,67% dan -4,62%, terhadap ruang internal airlock sebesar -98,26%
dan -5,25%, terhadap ruang dalam museum sebesar -99,54% dan -5,79%.