Abstract:
Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ TIM) adalah pusat kesenian
terbesar di ibu kota yang didirikan oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada tahun 1968.
Sesuai tujuannya untuk mendukung perkembangan kehidupan seni di Jakarta, pemerintah
berupaya untuk meningkatkan standar tinggi kehidupan kesenian. Sejak awal berdirinya
PKJ TIM, telah dilakukan berbagai upaya untuk mengembangkan kawasan yang dapat
dilihat dari tata ruang, bentuk, serta diduga adanya pengaruh beberapa faktor. Oleh karena
itu, peneliti tertarik untuk menggali lebih dalam mengenai perkembangan arsitektur Pusat
Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki ditinjau dari tata ruang dan bentuk. Tujuan dari
penulisan skripsi ini adalah mengetahui perkembangan arsitektur kawasan PKJ TIM dari
tahun 1968 hingga kini serta faktor yang diduga memengaruhi perkembangan tersebut.
Penelitian bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode komparatif
yang disusun secara sinkronik dan diakronik. Dalam analisisnya, peneliti akan
menyandingkan tata ruang dan bentuk dari tahun ke tahun menggunakan teori DK Ching
dan Rob Krier kemudian mengidentifikasi pengaruh perkembangan tersebut bedasarkan
latar belakang, konsep, hingga dampak tiap tahunnya. Hasilnya akan disajikan dalam
gambar diagram dan tabel. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada
pengetahuan bagi pembaca mengenai perkembangan kawasan PKJ TIM dari tahun 1968
hingga kini dan faktor yang memengaruhinya. Selain itu penelitian diharapkan dapat
menjadi referensi bagi penelitian sejenis untuk mengembangkan ilmu pengetahuan bidang
sejarah, arsitektur, dan lainnya.
Perkembangan arsitektur PKJ TIM diawali dengan kerinduan seniman untuk
memiliki wadah berkegiatan seni di Jakarta pada tahun 1968 sehingga didirikannya Taman
Ismail Marzuki sebagai pusat kesenian yang terus dikembangkan hingga tahun 2022.
Dalam rentang waktu tersebut, terdapat perubahan konsep rancangan yang dipengaruhi
oleh latar belakang yang berbeda. Awalnya, PKJ TIM berorientasi terhadap
berkembangnya kesenian dengan memenuhi kebutuhan ruang untuk wadah kegiatan
berkesenian. Namun seiring berjalannya waktu, PKJ TIM tidak hanya mempertimbangkan
aspek kesenian tetapi juga upaya agar kegiatan dalam PKJ TIM dapat menghidupi
kawasannya sendiri. Perkembangan kawasan juga terlihat dari perubahan tata ruang dan
bentuknya. PKJ TIM mengalami perubahan tatanan spasial dan sumbu, struktur dan skala
bangunan, serta pergeseran hierarki. Namun, perkembangan PKJ TIM belum memiliki
ikatan yang kuat antar masa. Hal ini terlihat pada datum, transformasi elemen, dan repetisi
yang tidak berkesinambungan antar tahun. Terdapat empat faktor yang diduga
memengaruhi perkembangan PKJ TIM, yaitu politik, sosial, budaya, ekonomi.