Abstract:
Arsitektur dan Film merupakan dua hal yang berbeda namun saling berkaitan dan membutuhkan satu dengan yang lain. Sebuah produk film tentu tak akan rampung tanpa adanya peran arsitektur sebagai latarnya. Film mewakili ruang dan waktu di mana media ini memiliki sifat spasial yang temporal dari representasi sinematik yang dapat diamati melalui arsitektur hingga karakter dan peristiwa yang digambarkan. Selain itu, arsitektur pada film mampu menciptakan lingkungan yang membawa audiens menuju suatu periode tertentu. Film berpotensi dalam memberikan penggambaran kehidupan sosial dan budaya masyarakat pada masa tertentu, bahkan hingga bentuk dan gaya arsitektur yang digunakan. Film Bumi Manusia (2019) merupakan adaptasi dari novel legendaris dengan judul sama yang menggunakan latar era kolonial Belanda. Film ini menggunakan ruang dan elemen arsitektur secara sinematik, khususnya pada rumah Boerderij Buitenzorg yang merupakan lokasi yang dominan pada film tersebut. Dengan begitu, Film Bumi Manusia (2019) dapat merepresentasikan sejarah dan budaya melalui arsitektur rumah Boerderij Buitenzorg dan berpotensi dalam mempengaruhi persepsi audiens terhadap periode sejarah. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan metode deskriptif, yaitu mengambil data pada objek studi secara deskriptif dan dilakukan analisis secara kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi elemen ruang sinematik pada rumah Boerderij Buitenzorg. Elemen ruang dapat dianalisis dengan teori tektonika ruang sinematik melalui mise-en-scène (cine-spatial) dan sinematografi. Kemudian mengidentifikasi karakteristik arsitektur kolonial Belanda pada elemen spasial dan fasade bangunan. Melalui analisis identifikasi karakteristik arsitektur rumah Boerderij Buitenzorg, elemen spasial maupun fasade bangunan pada rumah ini tidak sepenuhnya merepresentasikan arsitektur pada periode kolonial Belanda. Melalui elemen yang merepresentasi dan tidak merepresentasi arsitektur kolonial Belanda, film Bumi Manusia (2019) sebagai film yang menggambarkan sebuah periode sejarah, dapat merepresentasikan, memanipulasi, serta mengubah persepsi audiens mengenai lingkungan arsitektur di masa kolonial Belanda.