Abstract:
Dalam pengembangan industri perhotelan, masalah tuntutan lahan dan ekonomi semakin
marak dan mendorong konsep penginapan dengan luasan terbatas. Ruangan kecil yang fungsional
dan menarik menjadi solusi keterbatasan tanah. Saat ini, konsep desain yang dikenal sebagai desain
mikro, penting dalam industri modern karena menjadi kunci pengembangan hunian kamar optimal
dalam ruang terbatas, tetapi tetap menciptakan pengalaman yang nyaman bagi pengguna. Pitu
Rooms adalah salah satu desain hotel mikro di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat
optimalisasi desain ruangan terbatas dan pengaruh dari konsep desain tersebut terhadap kenyamanan
ruang gerak pengguna. Dalam konteks ini, penelitian memberikan kontribusi evaluatif terhadap
studi desain hotel mikro dalam keterbatasan lahan di Indonesia. Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan cara
mendeskripsikan keadaan eksisting dan membandingkannya dengan literatur terkait studi ergonomi
untuk menguji kenyamanan ruang gerak. Data Pitu Rooms dikumpulkan dengan observasi lapangan,
studi gambar kerja dan literatur terkait. Data yang diambil berupa aktivitas, dimensi ruang, luasan
ruang, dimensi perabot, serta pengumpulan jawaban wawancara mengenai pengalaman dan persepsi
kenyamanan di Pitu Rooms. Analisis dikaitkan dengan standar kenyamanan dalam dan antar ruang
dalam gedung terkait ruang gerak untuk mengetahui pengaruh penerapan desain lahan terbatas
terhadap ruang gerak pengguna. Analisis juga dilakukan dari persepsi kenyamanan pengguna hotel
sendiri untuk mengetahui pengalaman ruang pengguna secara nyata dan mengkaitkannya dengan
hasil observasi yang dilakukan. Hasil yang ditemukan dari penelitian ini adalah desain hotel Pitu Rooms sebagai hotel mikro
berhasil, baik secara konsep dan desain. Melawan standar hotel pada umunya, luasan tidak menjadi
batasan desain melainkan menjadi daya tarik. Secara konsep dan strategi sebagai hotel mikro, Pitu
Rooms sudah mencukupi kebutuhan dan ketertarikan pengguna dari desain. Namun ditemukan
beberapa ketidaknyamanan pada bangunan. Dimensi ruangan, terlebih kamar mandi dan dapur
restoran, terasa sempit dan penuh sehingga menghambat sirkulasi. Aksesibilitas dalam bangunan
tidak bersifat universal, sehingga dari awal target pasar Pitu Rooms dipasarkan ke kelompok
tertentu. Akibat keterbatasan ruang, desain banyak mengambil standar minimal sehingga tidak bisa
mengakomodasi segala jenis kegiatan pada pergerakan aktivitas pengguna.