Abstract:
Jalan Melawai Raya-IX merupakan jalan lokal dengan tipologi koridor komersial shopping
street di Kabupaten Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sebagai salah satu segmen kawasan yang
cukup terlihat mengimplementasikan konsep aksesibilitas taman kota dengan pengadaan jalur
pedestrian, kawasan Jalan Melawai menjadi kawasan yang ramah untuk mobilisasi pejalan kaki.
Namun dengan perkembangan kawasan yang silih berganti mempengaruhi bentukan elemen ruang
kota, karakter spasial yang terbentuk mulai tidak menunjukan kesinambungan dan ketidaksetaraan
antar segmen hingga titik segmen jalur pedestrian. Ketidaksinamungan ini mengakibatkan jalur
pedestrian pada Jalan Melawai tidak berkesan sebagai pengikat serta sirkulasi antar-massa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi elemen pembentuk ruang jalur pedestrian
pada Jalan Melawai sebagai elemen sirkulasi serta pengikat antar-massa dan menganalisis karakter
spasial yang terbentuk untuk mengetahui penyimpangan lain yang terjadi akibat perbedaan elemen
pembentuk selain ketidaksinambungan jalur pedestrian. Metode penelitian yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif, yang melibatkan deskripsi elemen pembentuk ruang yang ada di lapangan
berdasarkan teori elemen pembentuk ruang jalur pedestrian serta penilaian terhadap karakter ruang
koridor yang terbentuk dari elemen pembentuk ruang dengan menggunakan teori kualitas ruang jalur
pedestrian oleh Aşilioğlu dan Harvey M. Rubenstein. Data dikumpulkan melalui observasi
lapangan dan peninjauan citra satelit, yang kemudian disajikan dalam bentuk pemetaan
bangunan pada objek studi secara dua dimensi. Teknik analisis dilakukan dengan
mengidentifikasi elemen pembentuk ruang jalur pedestrian, seperti elemen lantai, fasad
bangunan, peneduh, pembatas, vegetasi, furnitur, serta ornament, serta mengevaluasi
karakter spasial jalur pedestrian berdasarkan kriteria yang terpenuhi dengan elemen
pembentuk ruang eksisting di lapangan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perkembangan kawasan dengan pengubahan
fungsi dan fisik bangunan tidak hanya menyebabkan ketidaksinambungan antar segmen
dan titik segmen namun juga ketidakseimbangan karakter seperti kenyamanan pejalan kaki
dimana tidak semua titik segmen menyediakan naungan yang setara dan fasilitas bangku
umum yang tidak tersedia di tiap segmen; aksesibilitas yang terbatas dengan hanya dua
titik yang memiliki ramp namun terhalang oleh parkir kendaraan, keamanan jalan dengan
mayoritas segmen jalan mengandalkan bangunan sebagai sumber pencahayaan, dan daya
Tarik kawasan yang lebih dominan ramai di area barat objek studi.