dc.description.abstract |
Industri tekstil di Indonesia tengah mengalami perkembangan pesat, tetapi produksi tekstil tak lepas dari peran pewarna yang berfungsi untuk meningkatkan nilai estetika. Saat ini, pewarna sintetis masih dominan digunakan di Indonesia, namun pewarna-pewarna ini mengandung banyak bahan berbahaya. Oleh sebab itu, diperlukan pewarna alternatif yang ramah lingkungan, seperti pewarna alami yang dihasilkan dari ekstrak pohon secang (Caesalpinia sappan L.), yang mengandung pigmen warna brazilin dan brazilein yang mampu menghasilkan warna merah kecoklatan. Sayangnya, pewarna alami memiliki daya tahan warna yang rendah, sehingga perlu dilakukan proses mordanting untuk membantu mengikat zat warna pada serat kain.
Pada penelitian ini, kayu secang diekstrak secara maserasi menggunakan variasi pelarut etanol dan dimetilformamida dengan perbandingan rasio F/S 1:5 dan 1:10. Sebelum proses pewarnaan, kain terlebih dahulu dilakukan pre-treatment dengan cara kationisasi kain menggunakan larutan NaCl, dilanjutkan dengan pre-mordanting kain menggunakan larutan FeSO4. Setelah proses pre-treatment, kain direndam menggunakan larutan pewarna hasil ekstraksi. Analisis pewarnaan dilakukan pada kain tanpa dicuci, kain dicuci dengan air dan kain yang dicuci dengan deterjen. Analisis hasil pewarnaan yang diuji adahal color strength, color fastness dan color coordination.
Dari hasil yang diperoleh, didapatkan hasil color strength tertinggi ada pada pewarnaan dengan pelarut dimetilformamida berkonsentrasi NaCl 80 g/L dengan nilai K/S sebesar 7,44 sedangkan untuk hasil analisis color fastness terkecil menggunakan pelarut etanol dengan konsentrasi NaCl 80 g/L dengan hasil ΔE sebesar 0,74. Variasi pada konsentrasi garam NaCl tidak menghasilkan perubahan yang signifikan terhadap nilai greyscale. Kain yang telah diwarnai pada penelitian ini menghasilkan warna ungu gelap. |
en_US |