Abstract:
Jakarta merupakan kota dengan perkembangan pesat yang memiliki budaya yang kental.
Dengan tingkat pembaruan yang pesat di Jakarta, diperlukan perhatian khusus terhadap
kontekstualitas dalam arsitektur guna mempertahankan identitas kawasan Jakarta.
Arsitektur kontekstual mengacu pada kondisi lingkungan sekitar, di mana gaya bangunan
menyesuaikan terhadap kondisi-kondisi lingkungannya. Lazimnya, arsitektur kontekstual
memperhatikan gaya bangunan sekitarnya agar tidak merusak lingkungan sekitar, dengan tujuan
memberikan visualisasi yang harmonis antara bangunan eksisting dengan rancangan yang baru.
Hal ini membantu melestarikan sejarah pada kawasan tersebut.
Taman Ismail Marzuki (TIM) merupakan kawasan kesenian dan kebudayaan di Jalan
Cikini, Jakarta Pusat, yang diresmikan pada tahun 1968. Taman Ismail Marzuki ini mengalami
revitalisasi pada tahun 2019, lantas kontekstualitas merupakan hal penting yang perlu diperhatikan
dalam memastikan keharmonisan rancangan eksisting yang memiliki sejarah kuat dengan
rancangan yang baru. Penelitian terhadap kontekstualitas ini didasari teori arsitektur kontekstual
oleh Brent Brolin, dengan penekanan pada tiga faktor utama, yakni: kontekstualitas terhadap
lingkungan, dengan pertimbangan unsur iklim dan sosial-budaya; kontekstualitas terhadap bentuk,
dengan pertimbangan dalam keterbacaan agar bentuk mudah diidentifikasi dan keharmonisan
visual, dan; kontekstualitas terhadap fungsi, dengan pertimbangan kesesuaian sistem yang terjadi
pada bangunan dengan fungsi yang tepat
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan tujuan menjelaskan
interpretasi aspek kontekstualitas pada ekstensi Gedung Panjang pada kawasan Taman Ismail
Marzuki, yang dimulai dari studi pustaka dengan mendalami dahulu teori arsitektur kontekstual.
Kemudian dilakukan observasi langsung ke objek studi untuk mengumpulkan data,
mendokumentasikan objek, dan mengamati kondisi terkini dari objek beserta lingkungan
sekitarnya. Setelah itu, dilakukan wawancara dengan perancang guna meriset pemikiran di balik
pengolahan dan konsep desain yang dilakukan
Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan. Rancangan revitalisasi ini memenuhi aspek
kontekstualitas terhadap lingkungan, di mana dilakukan upaya-upaya penyikapan iklim seperti axis
bangunan yang tidak langsung mengarah timur-barat, penambahan kolam, pepohonan, dan
bukaan-bukaan besar walaupun material bangunan yang dominan menggunakan beton dinilai
kurang kontekstual karena menyerap panas. Selain itu, rancangan dinilai sangat memenuhi aspek
kontekstualitas terhadap fungsi karena mengikuti tujuan umum dari revitalisasi yaitu
menjadikannya pusat kebudayaan dan kesenian pada Taman Ismail Marzuki. Dari aspek
kontekstualitas terhadap bentuk, rancangan kurang merespon bangunan sebelum revitalisasi
melainkan lebih menekankan pada keharmonisan dengan lingkungan. Dari hasil analisis,
disimpulkan bahwa pendekatan kontekstualitas merupakan juxtaposition.