Abstract:
Penggunaan Skylight sebagai pencahayaan alami jarang digunakan pada negara-negara tropis
dikarenakan kondisi iklim yang panas dengan matahari yang silau dan terik hampir sepanjang
tahunnya. Disaat ternyata digunakan pada bangunan tropis, cenderung mengakibatkan berbagai
masalah pada bangunan, terutama pada hal radiasi yang menyebabkan naiknya temperatur pada area
dalam bangunan. Contoh dari kasus ini adalah Gereja Santo Laurentius. Pada tahun 2009, dilakukan
penelitian tentang hal radiasi dari Skylight, dan didapat hasil yang bahwa bangunan tersebut tidak
memenuhi standar kenyamanan termal akibat cahaya radiasi dari skylight terlalu silau dan panas.
Pada tahun 2023, SPSM akhirnya dipasang pada skylight yang menjadi objek penelitian 14 tahun
yang lalu tersebut, yang akhirnya membawa kepada tujuan penelitian untuk mengetahui efek SPSM
terhadap kenyamanan termal secara temperatur efektif dan temperatur efektif terkoreksi pada
bangunan.
Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan cara
mendeskripsikan keadaan eksisting gereja Santo Laurentius Bandung dan membandingkannya
dengan teori kenyamanan termal dan juga untuk memenuhi tujuan dari penelitian, dibandingkan
dengan kondisi termal yang didapat pada penelitian 14 tahun yang lalu. Data termal Gereja Santo
Laurentius Bandung dikumpulkan dengan cara observasi lapangan dan studi pustaka.
Data yang didapat menunjukkan bahwa kondisi eksisting bangunan Gereja Santo Laurentius
Bandung sudah memenuhi standar kenyamanan termal secara temperatur efektif dan juga temperatur
efektif terkoreksi. Dari perbandingan antara data lapangan yang didapat pada tahun 2009 dan 2023,
dapat terlihat bahwa penambahan SPSM pada area skylight mengakibatkan perubahan secara
kenyamanan termal menuju kategori lebih optimal.