Abstract:
Bentukan fisik bangunan rumah tradisional Desa Perbaji merupakan bentukan rumah
tradisional permukiman suku Karo dengan bentuk yang berbeda dengan bangunan rumah suku Karo
pada umumnya. Dapat diketahui permukiman terbentuk dari keberadaan ruang dan penghuni pada suatu
tempat atau area tertentu. Bentukan fisik bangunan dapat dipengaruhi oleh elemen non-fisik dari
penghuni maupun lingkungan permukiman, menyebabkan adaptasi dan transformasi bentukan terhadap
kondisi alam, ekonomi dan sosial di dalam permukiman. Desa Perbaji terletak di kawasan lereng Gunung
Sinabung yang masih aktif, merupakan tempat bermukim asli yang dibuka oleh Marga Pelawi. Desa ini
masih mempertahankan warisan budaya Karo berupa rumah tradisional yang beradaptasi oleh kondisi
alam dan kemajuan teknologi.
Metode kualitatif-deskriptif digunakan pada penelitian ini melalui observasi langsung pada
bentukan fisik yang terdapat pada rumah-rumah yang masih memiliki bentukan arsitektur rumah
tradisional Karo dan elemen-elemen ekistik pada desa yang juga membentuk permukiman Desa Perbaji.
Bentukan fisik tersebut meliputi bentuk, ruang dalam, sirkulasi, struktur, konstruksi dan material pada
rumah tradisional, disertai dengan elemen pembentuk lain seperti aktivitas penghuni, kebiasaan adat dan
akomodasi pada permukiman Desa Perbaji. Data yang diperoleh dianalisis berdasarkan Teori
Permukiman Tradisional oleh Constantinos A. Doxiadis, Teori Konsep Bermukim Christian Norberg-
Schulz dan Literasi permukiman Suku Karo dari buku Raibnya Para Dewa oleh M. Nawawiy Loebis,
Bhakti Alamsyah, Imam Faisal Pane dan Wahyu Abdillah.
Hasil penelitian menunjukan bahwa bentukan fisik arsitektural rumah tradisional siwaluh jabu
dan siempat jabu pada desa Perbaji merupakan bentukan rumah tradisional suku karo yang telah
mengalami penyesuaian terhadap kondisi alam dan teknologi. Perubahan fisik dapat terlihat dari
bentuk eksterior bangunan rumah yang tidak berbentuk sebagaimana bentuk arsitektur karo
pada umumnya, namun masih mengandung elemen-elemen fisik dan non-fisik yang terdapat pada
bangunan rumah tradisional Karo. Perbedaan yang paling terlihat adalah dari segi dimensi rumah
tradisional. Ditemukan dalam penelitian bahwa dimensi rumah siwaluh maupun siempat jabu
pada Desa Perbaji memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan rumah tipologi
siwalu dan siempat jabu pada umumnya. Konfigurasi empat hingga delapan ruang keluarga masih
melekat pada tatanan ruang dalam pada rumah. Tinjauan lain dari elemen non-fisik menunjukan masih
dipertahankannya susunan dan peran masing-masing keluarga penghuni rumah, namun dengan
berkurangnya aktivitas adat tertentu.