Abstract:
Kemajuan dan perkembangan teknologi menghantarkan kita pada zaman modern yang serba praktis. Dalam dunia arsitektur, hal tersebut tercerminkan pada pergeseran sosok bangunan yang lebih mengedepankan aspek fungsionalitas. Di Indonesia, tidak jarang bangunan bergaya modern lebih menonjol dan menarik perhatian masyarakat contohnya di Pulau Bali. Terdapat banyak bangunan modern yang kemudian hadir di Bali, salah satunya adalah beberapa bangunan rancangan Andra Matin yaitu Potato Head Beach Club, Katamama, Secret Garden Village, dan Titik Dua.
Ketimpangan antara arsitektur modern dan arsitektur vernakular menjadi salah satu alasan munculnya pemikiran critical regionalism oleh Kenneth Frampton dalam bukunya yang berjudul ”Toward a Critical Regionalism : Six Point for an Architecture of Resistance (1985)”. Dalam bukunya, Frampton menekankan bagaimana suatu karya arsitektur harus dapat berbaur dengan modernisasi yang tidak dapat dihindari namun tetap menghargai dan tidak melupakan apa yang sudah ada terdahulu. Dalam konteks Bali, Eko Budihardjo telah merumuskan tujuh poin arsitektur Bali yang harus dilestarikan dalam bukunya yang berjudul “Architectural Conservation in Bali (1986)”. Pemilihan objek Potato Head Beach Club, Katamama, Secret Garden Village, dan Titik Dua didasari oleh lokasi perancangan yang berada di Bali yang memiliki kekayaan dari segi arsitektur.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan cara mendeskripsikan kondisi eksisting objek studi dan mengidentifikasi penerapan konsep regionalisme berdasarkan pemikiran critical regionalism milik Frampton dan aarsitektur Bali milik Budihardjo. Data objek studi dikumpulkan dengan cara wawancara, observasi, dan studi pustaka. Hasil analisis kemudian dijabarkan secara deskriptif dan dibandingkan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan terhadap perancangan dalam menanggapi konteks regional.
Hasilnya adalah dalam menanggapi konteks regional, Andra Matin banyak menggunakan pendekatan material sebagai salah satu cara untuk menghadirkan identitas Arsitektur Bali. Pendekatan material sebagai elemen fisik digunakan untuk menghadirkan unsur visual yang dapat dirasakan atau dilihat secara langsung. Pendekatan material dirasa sesuai dengan karakter desain Andra Matin yang modern. Penggabungan antara karakter desain dan pendekatan material menghasilkan keseimbangan antara nilai kelokalan dan modernnya. Dalam arti setiap pengunjung dapat melihat karakter Arsitektur Bali dengan hanya melihat ekspresi bangunan modern dari Andra Matin.