Abstract:
Kota Cirebon pada awalnya merupakan kota pantai yang memiliki karakter heterogen. Hal ini
dikarenakan perannya sebagai kota pelabuhan dan perdagangan sekaligus memiliki empat Karaton,
yaitu Karaton Kasepuhan, Karaton Kanoman, Karaton Kaceribonan, dan Karaton Keprabonan.
Pelabuhan Cirebon memiliki peran penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran Nusantara sejak
abad ke-15 Masehi sehingga banyak sekali permukiman dari banyak kalangan tinggal di kota pantai
ini. Pada abad ke-15 Belanda mulai masuk ke kota Cirebon yang sudah berkembang menjadi Entreport
perdagangan. VOC sendiri menerapkan peraturan Passenstelsel yang mengharuskan adanya surat jalan
untuk membatasi ruang gerak masyarakat agar mudah untuk diatur dan peraturan Wijkenstelsel dimana
mengharuskan etnik - etnik untuk tinggal di daerah yang ditentukan yang sangat berpengaruh terhadap
wajah fisik kota Cirebon. Kota Cirebon dibagi menjadi 3 wilayah besar, yaitu: daerah orang Eropa
(Europeesche Wijk), daerah orang Cina (Chinezen Wijk) dan orang Timur asing lainnya (Vreemde
Oosterlingen), dan daerah tempat tinggal orang pribumi setempat. Hal ini adalah awal mula
terbentuknya kawasan pecinan sebagai tempat tinggalnya masyarakat cina.
Masyarakat Cina di Pecinan kebanyakan menjadi perantara atau distributor antara pribumi
penghasil produk pertanian ke golongan Eropa. Oleh sebab itu pecinan terletak diantara wilayah
pribumi dan orang Eropa dan terletak dekat dengan pasar tradisional sebagai tempat jual beli dan
pertukaran barang eceran. Karena posisinya yang berada di tengah maka daerah pecinan sering
digunakan sebagai daerah penyangga jika terjadi keributan atau perlawanan antara kaum pribumi dan
Eropa. Pecinan yang menjadi titik temu aktivitas perdagangan antara semua kalangan menjadi titik
utama percampuran budaya dikarenakan kombinasi kepadatan yang tinggi serta intensitas kegiatan
ekonominya. Permukiman ini mengalami pertumbuhan dan perubahan hingga menjadi bentuk seperti
sekarang.
Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan citra permukiman
Pecinan Cirebon melalui identifikasi perubahan elemen permukiman melalui buku Image Of The City
oleh Kevin Lynch. Untuk mengetahui perkembangan citra perlu membandingkan elemen-elemen fisik
itu berdasarkan peta terlama yang dapat ditemukan yaitu peta pada era kolonial hingga peta tahun
2022. Selain dengan data arsip, ada juga data lain bersumber dari observasi langsung dan wawancara
untuk memperoleh kesimpulan bahwa perggeseran Citra Kawasan Pecinan Cirebon sangat berubah dan
masih mempertahankan nilai budaya Tionghoa didalamnya.