Abstract:
Karbon nano merupakan material yang sangat berpotensi untuk masa depan.
Beberapa struktur karbon nano diantaranya graphene layer, Carbon Nanofiber (CNF),
Carbon Nanosphere (CNS), dan Carbon Nanotube (CNT). CNT memiliki berbagai
keunggulan dibandingkan material lain seperti memiliki kekuatan tarik yang sangat besar,
elastisitas yang tinggi, konduktivitas elektrik yang tinggi (1000 kali lebih besar daripada
logam seperti tembaga dan perak), dan konduktivitas panas yang baik. Sifat-sifat unik ini
membuat CNT dapat dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi. Namun demikian, hingga saat
ini CNT masih sulit untuk diproduksi dalam jumlah yang besar, biaya yang murah, dan
ramah lingkungan. Maka dari itu, menggunakan biomassa sebagai bahan baku pembuatan
CNT dapat menjadi salah satu alternatif yang perlu dilakukan. Salah satu biomassa yang
mudah diperoleh adalah kekayaan laut mengingat Indonesia merupakan negara dengan garis
pantai terpanjang kedua di dunia. Mikroalga merupakan salah satu biomassa di laut yang
memiliki kandungan karbon cukup tinggi. Maka dari itu, pada penelitian ini akan digunakan
Chlorella sp. yang memiliki kandungan karbon sebesar 44,53 % b/b sebagai bahan baku
pembuatan CNT.
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu sintesis karbon aktif dan sintesis CNT.
Sintesis karbon aktif dilakukan dengan dua metode, yaitu dengan dua tahap pirolisis dan
dengan karbonisasi hidrotermal yang dilanjutkan dengan pirolisis. Pada sintesis karbon aktif
yang menggunakan metode dua tahap pirolisis, digunakan H3PO4 sebagai aktivator tahap
pertama dan KOH sebagai aktivator tahap kedua. Sementara pada sintesis karbon aktif
menggunakan metode karbonisasi hidrotermal yang dilanjutkan dengan pirolisis, H3PO4 dan
KOH digunakan secara terpisah. Karbon aktif yang terbentuk kemudian diproses untuk
menyintesis CNT. CNT disintesis dengan bantuan katalis ferrocene.
Dari keempat metode yang dilakukan, metode tiga tahap pirolisis menghasilkan
perolehan massa karbon nano terhadap mikroalga dan terhadap karbon aktif yang paling
tinggi daripada metode yang lain yaitu berturut-turut 16,08 dan 88,18 %. Berdasarkan
analisis SEM, keempat metode yang digunakan tidak dapat menghasilkan CNT. Hanya
terbentuk CNS pada metode karbonisasi hidrotermal yang dilanjutkan dengan aktivasi kimia
dan pirolisis. CNS yang dihasilkan membentuk suatu aglomerasi dan memiliki diameter ratarata
60 nm. Sementara itu, penggunaan aktivator H3PO4 menghasilkan perolehan massa
karbon aktif dan karbon nano yang lebih tinggi dari aktivator KOH, namun menghasilkan
CNS dengan morfologi yang kurang sempurna daripada penggunaan aktivator KOH.
Berdasarkan analisis XRD, keempat sampel yang diperoleh cenderung memiliki struktur
amorf yang lebih dominan daripada struktur kristalin. Persen kristalinitas sampel CNT-R1,
CNT-R2, CNT-R3 secara berurutan yaitu 19,76; 18,67; 21,32; dan 20,95 %.