Abstract:
Kehidupan manusia sangat bergantung dengan bahan bakar sebagai sumber energi
dan sayangnya Indonesia masih melakukan impor LPG (Liquefied Petroleum Gas) untuk
memenuhi 80% kebutuhan yang ada. Salah satu alternatif LPG yang juga dinilai lebih efisien
adalah dimetil eter. Dimetil eter sendiri memiliki sifat yang bersih dan mudah diolah. Dimetil
eter dapat diproduksi dengan menggunakan reaksi langsung ataupun reaksi tidak langsung,
tetapi metode yang umum digunakan adalah reaksi tidak langsung dengan reaksi dehidrasi
metanol. Terdapat beberapa metode dehidrasi metanol, salah satunya adalah dengan
menggunakan kolom distilasi reaktif. Kolom distilasi reaktif memiliki kelebihan mengurangi
energi dan biaya produksi, tetapi terdapat juga beberapa kekurangan seperti kesulitan
pengendalian kemurnian DME dan konversi metanol secara langsung. Kekurangan ini dapat
diatasi dengan menggunakan data driven soft sensor.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari pasangan variabel temperatur kolom pada
tahap tertentu yang paling mempengaruhi kemurnian dimetil eter dan konversi metanol.
Kolom distilasi reaktif yang diuji terdiri dari 54 tahap (8 tahap rectifying section, 34 tahap
reaction section, dan 12 tahap stripping section). Simulasi proses dilakukan dengan
menggunakan perangkat lunak ASPEN Plus® untuk melakukan perancangan. Simulasi
kemudian dilanjutkan dengan perangkat lunak ASPEN Plus Dynamic® untuk mendapatkan
data profil temperatur terhadap kemurnian dimetil eter dan konversi metanol. Pada penelitian
ini dilakukan analisa statistik dengan metode Principal Component Analysis (PCA) dan
Partial Least Square Regression (PLSR) untuk mencari hubungan temperatur kolom dan
kemurnian dimetil eter dan konversi metanol. Analisa data secara statistik dilakukan dengan
bantuan perangkat lunak The Unscambler X™.
Pada penelitian ini, kemurnian DME didapatkan memiliki korelasi negatif dengan
profil temperatur kolom distilasi reaktif sedangkan konversi metanol memiliki korelasi
positif dengan profil temperatur kolom distilasi reaktif. Temperatur yang mempengaruhi
kemurnian DME secara signifikan adalah temperatur tahap 3, 4, 43, dan 51 sedangkan
temperatur yang mempengaruhi konversi metanol secara signifikan adalah temperatur tahap
52, 53, dan 54. Perubahan rasio refluks memiliki korelasi negatif terhadap profil temperatur
kolom sedangkan perubahan reboiler duty memiliki korelasi positif terhadap profil
temperatur kolom. Temperatur yang berubah secara signifikan terhadap perubahan rasio
refluks secara berurutan adalah temperatur tahap 5, 6, 7, dan 4 sedangkan temperatur yang
berubah secara signfikan terhadap perubahan reboiler duty secara berurutan adalah
temperatur tahap 5, 4, dan 6. Berdasarkan metode data driven soft sensor, pengendalian
kemurnian DME dapat dilakukan dengan mengendalikan temperatur tahap 4 sebagai
inferential temperature dan rasio refluks sebagai manipulated variable. Berdasarkan metode
data driven soft sensor, pengendalian konversi metanol didapatkan cukup sulit dilakukan.
Hal ini dikarenakan didapatkan temperatur yang mempengaruhi konversi metanol secara
signifikan merupakan temperatur tahap 52, 53, dan 54 namun temperatur-temperatur tahap
tersebut tidak berubah secara signifikan baik dengan perubahan nilai manipulated variable
rasio refluks maupun reboiler duty.