Abstract:
Seiring berkembangnya jaman, sektor industri di Indonesia terus bertumbuh. Namun dengan bertumbuhnya industri, dapat menyebabkan peningkatan jumLah limbah yang dihasilkan, terutama limbah-limbah yang berbahaya bagi kesehatan manusia serta lingkungan. Salah satu limbah berbahaya adalah limbah logam berat. Maka dari itu, perlu dilakukan pengolahan limbah agar dapat mengurangi pencemaran limbah. Biosorpsi merupakan salah satu metode dalam pengolahan limbah yang bersifat ramah lingkungan. Pada penelitian ini, limbah logam yang digunakan adalah ion logam tembaga (II) dan biosorben yang digunakan adalah Chlorella pyrenoidosa Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh laju alir terhadap persentase Removal Ion logam tembaga (II) pada proses biosorpsi menggunakan Chlorella pyrenoidosa dalam fotobioreaktor kontinu.
Penelitian ini terdiri dari 4 tahap, yaitu kultivasi Chlorella pyrenoidosa, penentuan panjang gelombang maksimum ion logam tembaga (II), penentuan kurva standar ion logam tembaga (II), dan proses biosorpsi ion logam tembaga (II) menggunakan Chlorella pyrenoidosa dalam fotobioreaktor kontinu. Pada percobaan biosorpsi, dilakukan variasi laju alir, yaitu 3, 7, 11, 20, dan 30 mL/menit. Sampel akan dianalisis setiap 30 menit selama 7 jam untuk setiap variasi. Analisis untuk mengukur kepadatan sel Chlorella pyrenoidosa menggunakan Haemocytometer dengan bantuan mikroskop. Sedangkan untuk analisis konsentrasi ion logam tembaga (II) digunakan spektrofotometer UV-Vis dengan pengukuran % transmitan pada panjang gelombang maksimum.
Pada hasil penelitian, kultivasi Chlorella pyrenoidosa menunjukkan pertumbuhan sel yang baik, tertuma pada hari diantara hari ke-3 dan hari ke-4 terjadi pertumbuhan yang tinggi. Hasil persetase removal yang diperoleh menghasilkan kecenderungan semakin kecil laju alir, semakin besar persentase removal. Hasil persentase removal yang tertinggi terdapat pada variasi laju alir 3 mL/menit dengan persen removal sebesar 27,84%. Hasil penelitian juga menunjukkan, semakin besar laju alir akan lebih cepat terjadi kesetimbangan biosorpsi.