Abstract:
Pembuatan garam di Indonesia umumnya menggunakan metode evaporasi air laut. Garam yang dihasilkan baru dapat memenuhi standar kebutuhan untuk garam konsumsi dan belum dapat memenuhi standar kebutuhan garam industri sehingga masih dilakukan impor garam. Pada proses evaporasi garam dari air laut, umumnya terkandung garam lain sehingga akan mempengaruhi kualitas garam yang dihasilkan. Akan tetapi garam tersebut dapat dipisahkan karena akan mengendap berdasarkan sifat kelarutan garam. Metode evaporasi yang saat ini dilakukan oleh petani garam memiliki standar yang berbeda di setiap daerah bergantung pada pengetahuan kualitatif petani sehingga rentang tingkat konsentrasi air garam (ºBe) berbeda-beda pada setiap tambak garam. Pembuatan model dilakukan pada perangkat lunak ASPEN PLUS untuk menghitung pengendapan garam secara kuantitatif sehingga diperoleh jumlah dan kualitas garam yang dihasilkan berdasarkan metode pembuatan garam tradisional.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat model presipitasi aneka komponen garam dari air laut pada berbagai rentang konsentrasi air garam (ºBe) menggunakan konsep hubungan kesetimbangan garam dengan bantuan fitur electrolyte wizard pada ASPEN PLUS. Selain itu dilakukan simulasi proses dengan memvariasikan konsentrasi air garam masukan dan keluaran air garam pada meja kristalisasi sehingga dapat dilihat pengaruhnya terhadap kemurnian dan jumlah produk garam yang dihasilkan. Penelitian ini dilakukan dengan menghitung neraca massa garam dan air pada berbagai rentang konsentrasi air garam (ºBe) sesuai tambak garam yang dimodelkan pada ASPEN menggunakan unit separator dan filter untuk mewakili proses evaporasi dan presipitasi garam serta unit pasca-produksi untuk meningkatkan kualitas garam.
Pada penelitian ini, didapatkan hasil bahwa kemurnian NaCl dipengaruh oleh persentase pengotor seperti garam magnesium, garam sulfat, garam kalsium dan garam lain dimana garam magnesium akan semakin tinggi persentasenya mulai pada konsentrasi 29 ºBe sementara garam kalsium dan sulfat akan mengalami peningkatan saat masukan meja kristalisasi lebih cepat dari 25 ºBe. Garam yang dihasilkan akan memiliki paling sedikit pengotor saat masukan meja kristalisasi 25 ºBe dan keluar di 29 ºBe dengan kemurnian sebesar 94,049% yang sudah sesuai dnegan standar SNI untuk kualitas garam konsumsi. Pada penggunaan industri garam ini sudah memenuhi standar untuk industri water treatment dan penyamakan kulit. Jika ingin diperoleh garam dengan spesifikasi kemurnian yang lebih tinggi maka diperlukan proses lanjutan berupa penambahan bahan kimia sesuai dengan fokus penurunan kandungan pengotor sehingga kadar garam pengotor dapat menurun dan kualitas garam dapat lebih murni, misalnya untuk menurunkan kandungan sulfat digunakan BaCl2. Oleh karena itu, garam hasil pembuatan tradisional dapat memenuhi standar SNI selama dilakukan pengawasan mutu selama proses produksinya.