Abstract:
Tekstil merupakan salah satu produk ekspor Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa produk tekstil di Indonesia mempunyai daya saing yang cukup tinggi dan mempunyai pasar yang konsisten di dunia. Adapun perkembangan industri tekstil menyebabkan peningkatan dalam jumlah limbah yang dihasilkan. Biaya investasi dan operasional yang tinggi dalam pengolahan limbah tekstil membuat banyak industri tekstil lalai dalam mengolah limbahnya. Sejauh ini limbah tekstil diolah menggunakan metode koagulasi dengan koagulan kimia yang memerlukan biaya operasional tinggi yang disebabkan salah satunya oleh produksi sludge yang banyak selama proses pengolahan. Selain itu koagulan kimia juga dalam penggunaan jangka panjang akan menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia. Sampai saat ini penggunaan koagulan alami belum dapat diaplikasikan secara komersial dalam industri yang disebabkan oleh ketersediaan bahan baku yang tersebar sehingga seolah-olah sulit didapat dan mahal karena ongkos pengangkutan serta pengolahan bahan baku yang kompleks.
Penelitian ini menggunakan koagulan biji asam jawa, kelor, dan pepaya untuk mengolah limbah tekstil sintetis. Limbah tekstil sintetis dibuat menggunakan campuran zat warna, kanji, dan Na-CMC. Sebelum penelitian utama, dilakukan penelitian pendahuluan berupa variasi pH antara 2 hingga 5 untuk mencari pH yang paling efektif dari ketiga koagulan. Setelah mengetahui pH yang paling efektif untuk ketiga koagulan, penelitian utama dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi dosis koagulan dan dosis zat warna terhadap persentase penurunan intensitas warna limbah tekstil.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa koagulan biji kelor merupakan koagulan yang dapat menurunkan intensitas warna tertinggi dari ketiga koagulan yang digunakan dengan persentase penurunan intensitas warna tertinggi untuk ketiga koagulan adalah: 58,01% untuk koagulan biji asam jawa, 58,29% untuk koagulan biji kelor, dan 57,31% untuk koagulan biji pepaya.