Abstract:
Edible film dari bahan alam mulai diminati sebagai pengganti polimer sintetik. Cincau hijau merupakan tanaman asli Indonesia yang mengandung pektin cukup tinggi, sebesar 15,2%-b (basis basah) pada bagian daunnya; hampir menyamai albedo (kulit bagian dalam) jeruk dan albedo pisang yang tercatat sebagai sumber pektin terbesar. Pektin daun cincau hijau berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif bahan baku edible film. Kandungan klorofil daun cincau hijau menambah daya tarik sebagai pewarna alami, antioksidan, dan antimikroba pada bahan pangan. Kandungan klorofil daun cincau hijau memenuhi 21,5 mg/g daun kering, menandingi daun papaya yang tercatat sebagai salah satu sumber klorofil. Edible film dari pektin belum dijumpai di pasaran karena kurangnya sifat mekanik (brittleness dan elongation), penambahan pati dan plasticizer dikaji untuk meningkatkan sifat mekaniknya.
Penelitian diawali dengan blanching daun cincau hijau rambat (Cyclea Barbata L. Miers) menggunakan air mendidih selama 1 menit. Ekstraksi pektin dan klorofil daun cincau hijau rambat dilakukan secara konvensional dengan pengontakan secara dispersi di dalam ekstraktor batch 2 L dengan memvariasikan jenis pelarut organik yang diasamkan (air mumi dan aseton 95%-v/v; pH 4,5), dengan rasio massa umpan terhadap pelarut sebesar 1:10 g/mL pada temperatur ekstraksi 25°C. Respon yang diamati berupa rendemen ekstrak (IPP A, 2002), kadar pektin (IPP A, 2002), kadar klorofil (metode Amon) dan kadar air (IPP A, 2002). Pembuatan edible film dioptimasi menggunakan rancangan percobaan Response Surface Methods - Hybrid Design; dengan memvariasikan konsentrasi pati (0 - 20 %-b/b pektin), konsentrasi plasticizer ( 40 - 80 %-bib pektin), dan temperatur operasi (80 - 100°C), serta jenis plasticizer berupa gliserol. Respon yang diamati berupa brittleness dan elongation (texture analyzer), serta laju transmisi uap air (metode Krochta).
Pelarut air memberikan rendemen dan kadar pektin tertinggi sebesar 11,9%-b/b dan 65,9%-b/b, sedangkan kadar klorofil terbesar diperoleh menggunakan pelarut aseton sebesar 2,79%-b. Kondisi optimum pembuatan edible film dari pektin daun cincau hijau rambat diperoleh menggunakan pati sebesar 5,64%-b/b pektin dan konsentrasi plasticizer sebesar 45,8%-b/b pektin pada temperatur 97°C, menghasilkan edible film dengan brittleness 0,000196 MPa dan elongation 38,46% serta laju transmisi uap air sebesar 3,6x1Q·4 g/cm2.jam.