Abstract:
Stasiun Kereta Api Bandung merupakan salah satu stasiun terbesar karena termasuk salah satu pintu keluar dan masuk Kota Bandung, hal ini mengakibatkan pengguna stasiun kereta api sangat bervariasi. Maka dari itu, fasilitas stasiun tersebut seharusnya mampu mengakomodasi semua kebutuhan agar semua pengunjung dapat beraktivitas secara mandiri dengan aman dan nyaman. Stasiun Kereta Api Bandung mengalami berbagai macam perubahan dan penambahan ruang serta fasilitas karena kebutuhan yang bertambah seiring berjalannya waktu. Hal ini tentu mengakibatkan
munculnya fasilitas baru dan perbaikan fasilitas lama. Menurut UU No. 8 Tahun 2016 bangunan publik harus dapat mengakomodasi seluruh penggunanya termasuk penyandang disabilitas. Beberapa di antara penyandang disabilitas tersebut merupakan mereka yang memiliki gangguan penglihatan seperti penyandang low vision yang membutuhkan fasilitas khusus untuk melakukan orientasi dan mobilitas. Penyandang Low Vision mengalami keterbatasan sensoris dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif seperti halnya mereka yang tidak memiliki gangguan
penglihatan. Disini teori lingkungan visual hadir sebagai pedoman untuk mengevaluasi kemudahan orientasi dan mobilitas penyandang low vision pada Stasiun Kereta Api Bandung. Pada penelitian ini, diukur sejauh elemen fisik pada lingkungan Stasiun Kereta Api Bandung mengakomodasi penyandang low vision dalam bepergian secara mandiri. Penelitian dilakukan di Stasiun Kereta Api Bandung dengan melakukan pendekatan campuran (kualitatif-kuantitatif) dalam mengevaluasi hasil yang didapatkan di lapangan terkait standar peraturan dan teori lingkungan visual ( National Institute of Building Sciences ) terkait penyandang low vision. Evaluasi terhadap standar dan peraturan akan menghasilkan data kuantitatif
yang kemudian akan dikombinasikan dengan data kualitatif yang didapatkan didapatkan dari hasil wawancara bersama responden terkait kemudahan, kenyamanan, dan keamanan Stasiun Kereta Api Bandung. Melalui penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa elemen fisik pada lingkungan Stasiun Kereta Api Bandung sudah memenuhi(80,97% dari standar pedoman teknis yang sudah ditentukan. Hal tersebut diklarifikasi oleh pengguna secara langsung melalui wawancara Bersama dengan
responden. Masih terdapat elemen-elemen fisik yang masih dapat dimodifikasi secara khusus untuk membantu penyandang low vision dalam melakukan orientasi dan mobilitas karena responden merasa bahwa sebagian Stasiun Kereta Api Bandung kurang dapat mengakomodasi penyandang low vision.