Abstract:
Arsitektur pascamodern muncul pada paruh kedua abad ke-20 sebagai reaksi
terhadap modernisme, yang pada awalnya diterima dengan baik, dan selama beberapa
dekade berikutnya terus berkembang dengan berbagai cara. Namun memasuki abad ke-21,
gerakan ini sering dianggap terlalu radikal dan eksentris, sehingga memudar dan bahkan
mulai terlupakan. Apalagi, arsitektur yang kontemporer memiliki tampilan yang
sederhana, bahkan seringkali menyerupai arsitektur modern, sehingga pengaruh arsitektur
pascamodern umum diasumsikan minim. Namun, jika seseorang menggali lebih dalam
daripada sekedar lapisan bentuk pertama yang nampak, mereka mungkin akan menemukan
tanda-tanda arsitektur pascamodern di dalamnya.
Hal serupalah yang ditemukan dalam mengamati Gereja Katolik Santa Perawan
Maria Ratu Blok Q. Pada salah satu bangunan gereja yang sering disebut-sebut sebagai
modern ini, justru ditemukan indikasi pengaruh pascamodern. Dimulai dari kondisi
tersebut, maka muncul semangat untuk mengangkat topik ini. Penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji keberadaan karakteristik arsitektur post modern pada Gereja SPMR Blok
Q untuk mengetahui relevansi arsitektur post modern pada gereja itu sendiri dan pada
arsitektur gereja abad ke-21 secara luas.
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, sedangkan data dikumpulkan dari
studi pustaka dan observasi lapangan langsung. Berdasarkan tinjauan teori didapatkan
bahwa bangunan perlu dianalisis berdasarkan pendekatan semiotik dan arsitektur
berkelanjutan untuk didapatkan pengaruh karakteristik arsitekturnya.
Setelah dilakukan analisis, ditemukan bagaimana berbagai karakteristik arsitektur
postmodern hadir dengan peran dan derajat yang berbeda-beda pada bangunan.
Karakteristik arsitektur pascamodern yang paling kuat pada bangunan adalah kontradiksi
dan multivalensi, sedangkan karakteristik paling lemah pada tatanan abstraksi bentuk.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa arsitektur postmodern memiliki pengaruh bagi
rancangan gereja katolik SPMR Blok Q setidaknya pada tatanan maknawi.