Ruang ritual Melelawang Selonding dalam tataan Desa Adat Tenganan

Show simple item record

dc.contributor.advisor Pujianto, Franseno
dc.contributor.author Wahab, Abdul
dc.date.accessioned 2023-01-26T02:36:18Z
dc.date.available 2023-01-26T02:36:18Z
dc.date.issued 2021
dc.identifier.other skp43379
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/14275
dc.description 6479 - FTA en_US
dc.description.abstract Arsitektur Bali Aga sendiri di cirikan dengan letaknya yang berada dekat dengan pegunungan. Bali Aga sendiri adalah salah satu suku asli yang mendiami pulau Bali sehingga adat istiadat sangat mengikuti leluhur, Jauh sebelum era Majapahit. Karena letak geografis dan struktur sosial masyarakat yang unik membuat Desa Bali Aga memiliki kebudayaan yang menarik. Salah satu aspek kebudayaan tersebut adalah upacara dan ritual yang berbeda dari Desa Adat Bali pada umumnya. Desa Adat Tenganan sendiri sebagai Desa Bali Aga memiliki kepercayaan yang unik karena kepercayaannya memuja Dewa Perang yakni Dewa Indra. Kemudian dari penggunaan ruang ritual pada Desa Adat Tenganan ini dapat ditarik kesimpulan mengenai konsep ruang arsitektur yang belum diketahui dari sudut pandang Upacara dan Ritual. Salah satu upacara yang dapat menjadi parameter pembentuk tataan desa adat Tenganan adalah upacara Melelawang Selonding. Upacara ini dipilih karena sesuai dengan waktu dan metodologi penelitian yang diadakan dalam waktu pandemic covid-19. Metode yang digunakan adalah dengan metode kualitatif, data diperoleh dari observasi langsung dan wawancara terhadap penghuni desa Adat Tenganan. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui konsep ruang arsitektur desa Adat Tenganan dari sudut pandang ritual, khususnya ritual Melelawang Selonding. Dari ritual ini akan dikaji juga kaitannya dengan faktor kepercayaan dan struktur sosial yang memang sangat kuat di Desa Adat Tenganan ini. Diperoleh kesimpulan bahwa dari penggunaan ruang ritual Melelawang Selonding ini menjelaskan bahwa hierarki ruang pada Desa Adat Tenganan sudah berubah, karena meskipun tataannya menerapkan ulun-teben kuno, namun hierarki ruang tertinggi justru berada di Banjar Kauh. Hal ini dikarenakan tingginya frekuensi ritual yang dilaksanakan di tempat tersebut dibandingkan dengan banjar lainnya. Selain itu dari tahapan ritual yang dilaksanakan oleh pemuda dan pemudi dapat terlihat juga bahwa desa ini memiliki konsep klan yang sangat kuat, dimana ruang ritual yang digunakan ternyata terdapat beberapa rumah hunian berdekatan yang ternyata berasal dari satu keluarga besar. Terakhir dari ritual ini juga kita dapat melihat perbedaan penggunaan ruang dari kasta-kasta yang tinggal di Desa ini. en_US
dc.language.iso Indonesia en_US
dc.publisher Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik - UNPAR en_US
dc.subject Kepercayaan en_US
dc.subject Ritual en_US
dc.subject Struktur Sosial en_US
dc.subject Ruang en_US
dc.subject Tataan en_US
dc.subject Desa Adat Tenganan en_US
dc.title Ruang ritual Melelawang Selonding dalam tataan Desa Adat Tenganan en_US
dc.type Undergraduate Theses en_US
dc.identifier.nim/npm NPM2017420185
dc.identifier.nidn/nidk NIDN0408068602
dc.identifier.kodeprodi KODEPRODI611#Arsitektur


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account