Abstract:
Bangunan bertingkat tinggi merupakan konstruksi yang sangat berkembang di Indonesia.
Seiring dengan perkembangan tersebut, terdapat sebuah tren pada sistem fasad bangunan dimana
dinding luar bangunan dibuat dengan sistem curtain wall dengan keseluruhan material pengisinya
adalah kaca. Adanya cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan, tak terkecuali bangunan
bertingkat tinggi, memang diperlukan untuk mendukung aktivitas sehari-hari. Namun, bukaan yang
besar pada wilayah beriklim tropis berpotensi memasukkan cahaya matahari yang berlebihan ke
dalam bangunan sehingga menimbulkan masalah kenyamanan visual.
Yukata Suites merupakan salah satu bangunan tinggi di Indonesia yang menggunakan fasad
dengan sistem curtain wall dan memiliki nilai WWR yang sangat tinggi. Sudah adap upaya yang
diakukan pada bangunan ini untuk mereduksi sebagain cahaya yang dapat masuk ke dalam ruang,
namun pencahayaan alami pada ruang dalam masih berlebih sehingga berpotensi menyebabkan
ketidaknyamanan visual bagi penggunanya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ketersediaan cahaya alami pada bangunan
bertingkat tinggi dengan melakukan modifikasi pada sistem fasad bangunan. Melalui penelitian ini
diharapkan ditemukan kombinasi modifikasi nilai transmitansi kaca, nilai window-to-wall ratio, dan
posisi bukaan yang tepat untuk menhasilkan performa pencahyaaan alami yang sesuai dengan
standar pada bangunan. Penelitian ini menggunakan metode ekpserimental melalui simulasi melalui
perangkat lunak Graphisoft Archicad dan Lightstanza.
Penelitian ini membandingkan 5 variasi nilai WWR dari 80% sampai 20% dengan interval
15%. Selain itu, dilakukan pula simulasi pada 3 material kaca yang berbeda, yaitu memiliki nilai
visible transmittance (VT) 0.56, 0.47, dan 0.66. Ditemukan bahwa nilai VT .47 memiliki kuantitas
dan kemerataan yang baik jika memiliki nilai WWR 80%-50%, sementarauntuk nilai VT .56 cukup
sesuai dengan range nilai WWR 35%-20%. Untuk nilai VT 66. dapat disimpulkan memiliki
kuantitas dan kemerataan yang baik jika memiliki nilai WWR 20%. Simulasi selanjutnya
menggunakan material kaca translusen sebagai pengganti beberapa panel masif pada curtain wall.
Pada penelitian ini ditemukan 2 variasi yang memenuhi standar faktor langit dan kemerataan yang
mengacu pada BREEAM, yaitu variasi 20.1 dan variasi 20.2. keduanya memiliki perbedaan dimana
variasi 20.1 memiliki nilai ADF yang lebih tinggi dan variasi 20.2 memiliki tingkat kemerataan yang
lebih baik. Pada variasi posisi bukaan, ditemukan nilai bukaan yang ideal dimana keseluruhan nilai
DF dan kemerataan terpenuhi dapat ditemukan pada nilai WWR 35% dengan posisi bukaan atas.