Abstract:
Dengan tingginya emisi yang disebabkan dari bangunan, baik dalam proses pembangunan
ataupun pada saat digunakan, perlu adanya penyikapan dalam menciptakan arsitektur yang lebih
berkelanjutan. Upaya dalam arsitektur yang berkelanjutan salah satunya dapat dilihat dengan
pengembangan konsep arsitektur bioklimatik. Arsitektur bioklimatik menjadi salah satu cara dalam
upaya mengurangi emisi yang dihasilkan baik dalam pembangunan atau penggunaan dari sebuah
bangunan.
Dalam penerapannya, arsitektur bioklimatik berupaya menciptakan kondisi lingkungan
yang nyaman bagi pengguna bangunan dengan memodifikasi kondisi lingkungan yang sudah ada.
Arsitektur bioklimatik berupaya menciptakan kenyamanan bagi penggunanya dengan
menggunakan energi yang seminimal mungkin. Teori dan penerapan arsitektur bioklimatik sudah
ada sejak abad ke 20 namun perkembangannya di Indonesia baru belakangan ini terlihat.
Arsitektur di Indonesia seringkali meniru atau menjiplak arsitektur di luar negeri dengan iklim
berbeda yang menciptakan bangunan yang tidak nyaman bagi penggunanya dan juga boros
penggunaan energinya. Letak Indonesia di iklim tropis masih belum banyak dikembangkan
penerapannya dalam arsitektur modern yang kini dominan.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan studi awal yang dilakukan dengan mengkaji
bangunan RAD+ar HQ sebagai objek studi dengan konsep arsitektur bioklimatik. Tujuan
dilakukan penelitian ini untuk mempelajari penerapan konsep bioklimatik di Indonesia. Metode
yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif dimana bangunan dilakukan
perbandingan antara konsep bioklimatik dan penerapan yang terbangun pada bangunan RAD+ar
HQ. Dalam penelitian dilakukan pengambilan data fisik, data pengukuran kondisi lingkungan, data
wawancara arsitek, dan data wawancara persepsi untuk melakukan pengkajian terhadap bagaimana
penerapan konsep bioklimatik pada bangunan RAD+ar HQ dan bagaimana persepsi pengguna
bangunan terhadap kenyamanan pada bangunan RAD+ar HQ.
Dari penelitian tersebut, didapatkan bahwa penerapan konsep bioklimatik pada bangunan
RAD+ar HQ belum sepenuhnya. Pengguna bangunan RAD+ar HQ sebagian besar sudah merasa
nyaman secara termal dan visualnya namun belum semua pengguna merasa nyaman secara termal,
hal ini dapat disebabkan dari kondisi termal pada mayoritas ruangannya berada diluar standar
kenyamanan termal. Kedepannya diahrapkan penerapana arsitektur bioklimatik dapat diterapkan
lebih banyak lagi demi pengembangan teknologi bangunan pada iklim tropis. Bangunan ini sudah
menerapkan arsitektur bioklimatik walaupun belum sepenuhnya diterapkan.