Abstract:
Interpretasi adalah dasar dari proses merancang dan terbentuk ketika arsitek memulai proses
desain. Proses tersebut menarik karena arsitek merupakan individu kompleks yang memiliki cara
pandang unik terhadap ruang. Pemahaman seorang arsitek terhadap ruang sangat dipengaruhi latar
belakang, edukasi, dan pengalaman ruang yang pernah dialami. Hal ini menyebabkan proses
perancangan dan interpretasi menjadi sesuatu yang sangat personal. Interpretasi terlihat ketika
pengetahuan dipaparkan pada tugas mendesain. Proses tersebut mengubah potongan-potongan
informasi menjadi struktur yang stabil dengan mencapai hubungan unik di antara mereka. Melihat
proses desain seorang arsitek menunjukkan bagaimana, melalui penafsiran tugas merancang,
interpretasi terwujud.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami proses interpretasi dalam perancangan
pada Rumah Fajar, interpretasi modern dari bangunan Bale Agung/ Bale Lantang tradisional Bali.
Rumah Fajar merupakan karya Maximilian Jencquel seorang desainer pendatang. Rancangan
dinyatakan arsitek menginterpretasi vernakularitas dari pulau Bali dari desainnya dan penggunaan
materialnya. Objek studi dipilih karena merepresentasikan proses interpretasi desain yang
dilaksanakan oleh arsitek pendatang di Bali.
Metode penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskriptif dan deduktif dengan
penekanan pada pengkajian data yang tersedia. Penelitian diawali observasi pada objek studi
penelitian, dan juga dengan wawancara kepada arsitek mengenai proses desain dan konsep yang
mendasari pembangunan Rumah Fajar. Penjelasan objek oleh arsitek dianalisa kemudian dicari katakata
kunci yang mendasari interpretasinya. Setelah itu peneliti mengkaji data fisik dan hasil
wawancara dengan bantuan studi literatur lalu membandingkannya dalam rangka menemukan
interpretasi yang terjadi. Data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan teori yang ada untuk
memahami proses di Balik interpretasi dalam desain.
Hasil penelitian menemukan bahwa Arsitek menginterpretasi arsitektur Bali dari bentuk
fisiknya dan makna yang dikadungnya namun ia melaksanakannya dengan sangat longgar.
Ditemukan bahwa interpretasi terwujud dari pemahaman, latar belakang, edukasi dan pengalaman
ruang arsitek yakni Maximilian. Interpretasi yang terwujud kemudian berkembang selama proses
mendesain dan terus berubah. Proses tersebut dipengaruhi kesadaran akan masalah yang ditemukan
pada tapak selama proses perancangan. Interpretasi sebagai dasar proses perancangan baik terjadi
secara terencana maupun tidak pada akhirnya berperan sebagai alternatif proses desain yang terlalu
kaku.