Abstract:
Isu pemanasan global semakin hari kian meningkat diiringi dengan munculnya krisis
sumber energi tak terbarukan. Berbagai upaya dilakukan untuk mereduksi penggunaan energi,
salah satunya dalam bidang arsitektur adalah penggunaan desain pasif. Desain pasif yang baik
menghasilkan kinerja bangunan yang dapat mereduksi jumlah konsumsi energi bangunan dan
mengendalikan dampak negatif lingkungan. Komponen bangunan yang paling berkontribusi dalam
mengkonservasi energi adalah selubung bangunan dan bentuk bangunan.
Indonesia merupakan negara tropis dengan tingkat radiasi matahari yang tinggi, sehingga
keadaan iklim sangat memengaruhi besar konsumsi energi. Potensi cahaya matahari yang
berlimpah memungkinkan cahaya alami masuk ke dalam ruang namun bersamaan dengan
masuknya radiasi panas. Maka dari itu, bangunan memerlukan penerapan desain pasif untuk
mengantisipasi besarnya penggunaan energi pendingin ruangan.
Intiland Tower Jakarta merupakan bangunan dengan fungsi perkantoran yang
memanfaatkan bentuk pada selubung bangunannya sebagai sun-shadding. Konfigurasi bentuk
fasad yang menyerupai overstek ini merupakan respons bangunan terhadap iklim tropis Indonesia.
Bangunan juga memiliki atrium pada bagian bawah bangunan (podium) agar cahaya alami dapat
masuk ke ruang dalam. Adanya atrium serta desain fasad bangunan menunjukkan, bahwa
bangunan dirancang dengan mempertimbangkan potensi dan kelemahan iklim sekitar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efisiensi energi bangunan Intiland
Tower Jakarta dan pengaruh penerapan atrium dan desain fasad bangunan terhadap konservasi
energi. Metode kuantitatif digunakan untuk mengukur besar konsumsi energi. Data diperoleh dari
studi literatur dan hasil simulasi energi pada 3d-modelling Intiland Tower Jakarta. Model
bangunan disimulasikan menggunakan software Skecth-Up dengan plug-in Sefaira untuk
mengetahui data konsumsi energi.
Pada penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa tingkat efisiensi energi Intiland Tower
Jakarta berada pada peringkat menengah kebawah, dengan nilai EUI sebesar 231 kWh/m2/tahun.
Besarnya konsumsi energi pada bangunan disebabkan oleh penggunaan material fasad bangunan
yang kurang efektif seperti nilai SHGC(Solar Heat Gain Coefficient) yang tinggi. Intensitas radiasi
panas yang masuk ke dalam bangunan cukup tinggi sehingga bangunan membutuhkan energi
pendinginan yang besar. Material fasad bangunan yang tepat dapat menghemat besar konsumsi
energi hingga 10%.