Abstract:
Kawasan Pecinan adalah kawasan cagar budaya yang terbentuk sejak abad ke 18 akibat
peraturan Belanda Wijkenstelsel, dan kawasan ini sekarang di dominasi oleh kegiatan perdagangan
dan jasa. Kawasan Pecinan Semarang terkenal dengan pembagian aktivitas pada setiap kawasan.
Perbedaan aktivitas tiap kawasan ini memberikan pengaruh terhadap gaya arsitektur bangunan pada
tiap kawasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis aktivitas yang terjadi di Kawasan
Pecinan Semarang dan mencari hubungan antara aktivitas yang terjadi pada tiap kawasan dengan
gaya arsitektur bangunan setempat. Penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan, karena gaya
bangunan menjadi penting karena gaya bangunan akan mempengaruhi ekspresi dari cagar budaya
Kawasan Pecinan Semarang.
Tempat penelitian terletak di Kawasan Pecinan Semarang yang terletak di Kelurahan
Kranggan, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah yang telah ditetapkan
pemerintah menjadi kawasan rekreasi budaya. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif
kualitatif, dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi dan teknik observasi.
Metode Kualitatif digunakan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi di lapangan sehingga dapat
dipahami dan dianalisa hubungannya dengan isu – isu yang terjadi. Pengambilan sampel daimbil
menggunakan metode snowball sampling yang berfungsi untuk mengambil sampel dalam suatu
jaringan tertentu atau dalam suatu rantai hubungan yang menerus, dan terpilihlah empat kawasan
yaitu Gang Baru, Gang Warung, Gang Pinggir, dan Jalan Petudungan. Tiap daerah dipilih karena
merupakan daerah yang cukup terkenal dan memiliki keunikan masing – masing.
Perbedaan kawasan di Pecinan Semarang menghasilkan gaya arsitektur bangunan yang
karakternya dipengaruhi oleh aktivitas yang terjadi di kawasan tersebut. Elemen arsitektur dan
elemen perilaku menjadi dua faktor yang sama pentingnya dalam penelitian ini. Perbedaan aktivitas
menimbulkan perbedaan kualitas kawasan yang mempengaruhi elemen bangunan seperti bukaan,
kanopi, fasad, balkon, dan lain – lain. Faktor seperti warna, irama, dan elemen fisik lain juga ikut
terpengaruh. Temuan penelitian menunjukkan bahwa pada kawasan dengan aktivitas berbeda, akan
menimbulkan ciri khas arsitektur bangunan pada kawasan terkait, namun tetap dapat ditarik benang
merah yang menjadi kesamaan dari bangunan asli kawasan Pecinan Semarang secara keseluruhan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman berarsitektur terutama kaitan
antara arsitektur dan perilaku. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk mengungkap kembali
gaya arsitektur khas Pecinan Semarang dan melestarikan warisan budaya Kawasan Pecinan
Semarang yang seiring perkembangan jaman terus berkurang nilai budayanya.