Abstract:
Arsitektur merupakan salah satu sarana dalam menyampaikan konsep dan pesan
pemikiran ke dalam wujud fisik bangunan. Arsitektur memberi pemaknaan pada bentuk
untuk mengekspresikan fungsi, sehingga arsitektur sarat akan tanda dan makna. Semiotika
merupakan ilmu yang mempelajari simbol dan tanda. Semiotika dalam Arsitektur
merupakan metode untuk membaca makna yang disiratkan dalam arsitektur. Makna
tersebut tersirat sebagai simbolisasi pada elemen “bahasa” arsitektur. Arsitektur Buddha
adalah arsitektur yang memiliki banyak tanda dan makna terselubung, menyesuaikan ajaran
Buddha yang menggunakan berbagai simbol dalam pemaknaan ajarannya. Pusat Yayasan
Buddha Tzu Chi Indonesia (YBTCI) di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara merupakan
bangunan pusat Yayasan Buddha dengan karakteristik Arsitektur Buddha. Tampilan
arsitektur yang khas dan memiliki ciri tersendiri yang membedakan bangunan Pusat
YBTCI diyakini memiliki pengaruh akibat makna ajaran Buddha Tzu Chi yang mendasari
konsep perancangan bangunan.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif-kualitatif dengan melakukan
observasi lapangan untuk memperoleh data fisik dan non-fisik dari Pusat YBTCI.
Pembahasan dilakukan dengan membagi elemen bangunan ke dalam dua kelompok utama,
yaitu elemen massa (terdiri atas ekspresi tata massa dan bentuk, serta ornamentasi) dan
elemen ruang (eksterior dan interior), yang masing-masing dilengkapi dengan elemen
permukaan (material dan warna), menyesuaikan tiga elemen “bahasa” arsitektur. Setelah
itu, masing-masing elemen dianalisa pengejawantahan simbolisasi makna ajarannya
dengan teori Semiotika Arsitektur sebagai alat analisis. ‘penanda’ elemen dikaitkan dan
diejawantahkan dengan teori Arsitektur Buddha, sementara ‘petanda’ elemen dikaitkan dan
diejawantahkan dengan simbolisasi Ajaran Buddha (umum dan Tzu Chi).
Hasil analisis menunjukkan bahwa tujuh dari sebelas elemen ‘massa’, yaitu (1)
ragam tata massa, (2) konfigurasi tata massa, (3) bentuk atap, (4) bentuk dinding pelingkup,
(5) bentuk bukaan, (6) ornamentasi bunga teratai, dan (7) ornamentasi delapan daun bodhi
simbolisasinya dapat diejawantahkan secara lengkap dalam bentuk ikon, indeks, maupun
simbol ; sedangkan empat elemen sisanya, yaitu (1) bentuk kolom, (2) bentuk bidang lantai,
(3) ornamentasi malaikat Tzu Chi, dan (4) ornamentasi relief perjalanan tidak dapat
diejawantahkan secara tuntas atau tidak dapat diejawantahkan sama sekali simbolisasinya
dalam bentuk ikon, indeks, maupun simbol. Sementara itu, Tujuh dari tujuh elemen
‘ruang’, yaitu (1) ruang luar terbuka, (2) Ci Bei Da Ting, (3) Xi She Da Ting, (4) Fu Hui
Ting, (5) Jing Si Ta Ting, (6) Gui Ji Hui Yi Ting, dan (7) Jiang Jing Tang seluruhnya tidak
dapat diejawantahkan simbolisasinya secara tuntas dalam bentuk ikon, indeks, maupun
simbol.